Surattersebut berisi undangan untuk berpartisipasi dalam pameran yang diselenggarakan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup pada waktu dan tempat yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, berdasarkan isinya, surat tersebut termasuk jenis surat undangan. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah A.

Di artikel Bahasa Indonesia kelas 12 kali ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai perbedaan buku fiksi dan nonfiksi, berdasarkan pengertian, ciri-ciri, jenis, dan contohnya. Yuk kita belajar hari ini! — Hai guys, siapa nih yang hobi baca buku? Nah, kalian sudah tahu belum kalau buku ada banyak genre-nya lho! Kalau kalian sendiri, penggemar buku genre apa nih? Novel, cerpen, biografi, dongeng, atau esai? Tahukah kamu, buku memiliki dua genre yakni, buku fiksi dan buku nonfiksi. Sudah pada tahu belum apa perbedaan dari dua jenis buku tersebut? Kalau masih ragu, kita coba bahas secara lengkap di artikel ini, ya! Sebelum kita masuk pembahasan tentang perbedaan buku fiksi dan nonfiksi, mari kita bahas satu persatu pengertian buku fiksi maupun nonfiksi. Pengertian Buku Fiksi Mari kita bahas jenis buku yang pertama, yakni buku fiksi. Pada genre fiksi, contoh buku fiksi adalah buku-buku yang umumnya bisa kalian temukan, yakni sejenis novel atau kumpulan cerpen. Buku fiksi adalah buku yang berisi cerita rekaan, khayalan, atau tidak berdasarkan kenyataan. Dalam buku fiksi, ide ceritanya berasal dari khayalan atau imajinasi penulis. Buku fiksi menggunakan bahasa kiasan atau tidak bermakna sebenarnya konotatif. Tujuannya mengajak pembaca agar seolah-olah masuk ke dalam cerita. Oleh karena itu, penulis buku fiksi harus mampu menjelaskannya dengan baik, sehingga pembaca bisa tertarik dan seakan terbawa alur cerita. Dalam menulis cerita fiksi memang dibutuhkan pengetahuan yang luas dan daya imajinasi yang bebas. Baca Juga Apa Itu Kalimat Efektif? Berikut Pengertian, Ciri, Syarat & Contohnya Ciri-Ciri Buku Fiksi Ciri khas utama dari buku fiksi, yakni kejadiannya merupakan bukan kisah nyata, melainkan hanya karangan fiktif. Sang penulis harus mampu menciptakan alur cerita yang sangat menarik. Alur cerita yang menarik itu ditulis berdasarkan kejadian yang tidak lazim atau terjadi di kehidupan nyata. Selain itu, terdapat ciri-ciri buku fiksi lainnya. Di antaranya sebagai berikut 1. Imajinatif Buku fiksi bersifat imajinatif dan ditulis berdasarkan rekaan dari penulis. 2. Kebenaran yang relatif Karena buku ini ditulis secara imajinatif, maka unsur benar atau salah dari buku fiksi cenderung relatif tergantung penilaian pembaca. 3. Bahasa konotatif Dalam karangan fiksi, bahasa konotatif sangat sering digunakan oleh penulis buku fiksi. Hal ini untuk menambah imajinasi pembaca dan membuat tulisan terkesan hidup. 4. Tanpa sistem yang baku Jika kamu ingin bebas berekspresi dalam menulis, tulislah karangan fiksi. Buku fiksi tidak memiliki aturan yang rigid atau baku. Diksi dan gaya penulisan relatif lebih bebas. Contoh Buku Fiksi berdasarkan Jenisnya Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya kalau contoh buku-buku fiksi bergenre novel dan cerpen. Tapi, nggak cuma itu loh, guys. Ada beberapa jenis buku fiksi yang lain, di antaranya 1. Cerita pendek cerpen Cerpen atau cerita pendek adalah salah satu jenis prosa yang isi ceritanya bukan berasal dari kejadian nyata fiksi. Contoh buku fiksi berjenis cerpen, antara lain Robohnya Surau Kami karya Navis, Nadira dan Malam Terakhir karya Leila S. Chudori, Corat-Coret Di Toiletkarya Eka Kurniawan, Tikus dan Manusia karya Jacob Sumardjo, dan masih banyak lagi. Baca Juga Kumpulan Contoh Cerpen Singkat & Menarik beserta Strukturnya 2. Novel Novel juga merupakan karangan prosa yang berisi cerita kehidupan tokoh bergenre fiksi, namun memiliki alur yang lebih kompleks dibandingkan cerpen. Contoh buku fiksi pada kategori novel, yaitu Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye, Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Laut Bercerita karya Leila S. Chudori, dan masih banyak lagi. 3. Komik Nah, kamu suka baca komik? Komik adalah cerita bergambar dalam susunan panel-panel yang berdekatan secara berurut. Contoh buku fiksi berbentuk komik, di antaranya One Piece, Naruto Shippuden, Bleach, Detective Conan, Crayon Shinchan, dan lain sebagainya. 4. Cerita bergambar cergam Seperti namanya, cerita bergambar adalah cerita yang dilengkapi dengan gambar-gambar. Jadi, kalau cergam, isinya masih berupa cerita teks, sedangkan komik lebih ke kumpulan gambar-gambar yang berisi cerita. Contoh buku fiksi berbentuk cergam, antara lain Kampungan Romansa, Si Cacing dan Cerita Kesayangannya, cerita bergambar dari majalah anak, dan lain sebagainya. Cung hand yang suka ngoleksi komik! Sumber Pengertian Buku Nonfiksi Mana yang benar secara penulisan? Buku non fiksi, atau buku nonfiksi? Menurut KBBI, penulisan yang benar adalah buku nonfiksi ya guys, disambung! Berkebalikan dari buku fiksi, buku nonfiksi adalah karangan yang dibuat berdasarkan kejadian nyata, atau disusun berdasarkan fakta. Contoh buku nonfiksi yang umumnya kita ketahui, yakni esai, jurnal, karangan ilmiah atau biografi. Buku nonfiksi bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca. Dari segi persiapan menulis buku nonfiksi, penulis juga harus mempersiapkan data atau melakukan kajian fakta dan riset ilmiah terlebih dahulu. Agar karangan nonfiksi dapat bersifat objektif, dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Baca Juga Membahas Kritik Sastra dan Esai Pengertian, Ciri-Ciri, Struktur & Contohnya Ciri-Ciri Buku Nonfiksi Untuk membedakan antara buku fiksi dan nonfiksi, kamu bisa perhatikan ciri-ciri buku nonfiksi berikut ini, ya! 1. Menggunakan bahasa formal Buku nonfiksi merupakan buku yang berisi kejadian sebenarnya dan bersifat informatif. Karena informatif, buku nonfiksi harus menggunakan bahasa formal, agar dapat diterima oleh pembaca dari kalangan yang berbeda-beda. 2. Ditulis berdasarkan fakta Buku nonfiksi ditulis dengan fakta sesuai kejadian yang ada. Dalam buku nonfiksi, penulis membutuhkan pengamatan dan data sebagai bahan penulisan, sehingga isi buku ini dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu melibatkan kajian ilmiah dan riset yang memadai. Jadi, informasi dapat bersifat objektif dan sesuai apa adanya. 3. Bahasa denotatif Buku nonfiksi menggunakan bahasa denotatif atau bermakna sebenarnya. Ide-ide ditulis secara gamblang tanpa menggunakan bahasa kiasan. Jadi pembaca dapat langsung memahami maksud dari isi buku. Oleh karena itu, buku nonfiksi sering dijadikan sumber informasi oleh para pembaca. 4. Memberikan ide baru Buku nonfiksi ditulis dengan tujuan utama untuk memberi ide baru atau pengembangan dan menyempurnakan ide sebelumnya. Penulis buku nonfiksi juga tidak diwajibkan harus memiliki imajinasi yang kuat dalam menulis. Namun, akan jauh lebih baik, bila topik dalam karangan nonfiksi, ditulis oleh penulis yang ahli dalam bidang tersebut. Baca Juga Yuk, Pahami Pengertian Artikel, Ciri-Ciri, Struktur & Jenisnya! Contoh Buku Nonfiksi berdasarkan Jenisnya Buku nonfiksi dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu buku nonfiksi murni dan buku nonfiksi kreatif. Nah, apa sih perbedaannya? 1. Buku nonfiksi murni Buku nonfiksi murni adalah buku yang berisi tentang pengembangan berdasarkan data-data yang otentik atau pasti. Contoh buku nonfiksi murni di antaranya skripsi, karya ilmiah, laporan, makalah, tesis, desertasi, dan artikel. 2. Buku nonfiksi kreatif Sementara itu, buku nonfiksi kreatif didapatkan dari data-data otentik yang kemudian dikembangkan berdasarkan imajinasi penulisnya. Contoh buku nonfiksi kreatif antara lain puisi dan prosa. Baca Juga Kumpulan Contoh Puisi berdasarkan Jenis-Jenisnya Perbedaan Buku Fiksi dan Nonfiksi Perbedaan antara buku fiksi dan nonfiksi bisa disimpulkan berdasarkan pengertian dan cirinya, yakni sebagai berikut Baca Juga Cara Membuat Laporan Hasil Diskusi dari Buku Fiksi dan Nonfiksi Sangat jelas bukan perbedaan antara buku fiksi dan buku nonfiksi? Meskipun cerita novel, cerpen, dan dongeng merupakan cerita fiksi, namun penulis seringkali mengadopsi peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta tertentu. Hanya saja, tokoh dan alur ceritanya dibuat lebih menarik agar pembaca bisa terbawa pada alur ceritanya. Setelah kalian mengetahui perbedaannya, yuk, sekarang kita lihat macam-macam nilai pada buku fiksi dan nonfiksi. Nah, mudah bukan memahami keduanya? Ingin tahu lebih dalam tentang buku fiksi dan buku nonfiksi? Ayo segera gabung bersama tutor yang handal dan teman-teman lain se-Indonesia di Brain Academy Online! Referensi Darmawati, Uti dan Y. Budiarti. 2014. Bahasa Indonesia untuk SMK/MAK Muatan Nasional. Jakarta Intan Pariwara Nonfiksi,KBBI [Daring] Tautan Sumber Gambar Foto Comic’. Fotografer Eric Mclean [Daring]. Tautan Diakses pada 4 Oktober 2022 Artikel ini diperbarui oleh Hani Ammariah pada 4 Oktober 2022.
Diatidak mau berteman lagi dengan Darsa. Sementara itu, Kanjat yang sudah lulus kuliah merasa bingung. Namun, berkat dokter Jirem, dia berusaha berbuat banyak untuk kampungnya, memikirkan nasib para penderita DBD. Dia juga membentuk tim peneliti . Berdasarkan isinya, cuplikan teks termasuk jenis buku
DALAM MATA PELAJARANBAHASA INDONESIA SMA/MA/SMK Analisis Fungsi, Struktur, dan Kaidah serta Langkah-langkah Penulisannya oleh Dr. E. Kosasih, Narasumber Nasional Implementasi Kurikulum 2013DALAM MATA PELAJARANBAHASA INDONESIA SMA/MA/SMKOleh Dr. E. Kosasih, Yadi MulyadiIlustrasi Cover Ade MulyanaLay Out Arie I November 2014Diterbitkan Oleh PENERBIT YRAMA WIDYAJl. Permai 28 No. 100Margahayu Permai - Bandung 40218T. 022 5403533, 5403518, 5426845F. 022 5403512e. Redaksi [email protected]e. Penjualan [email protected] IKAPIDilarang keras mengutip, menjiplak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini sertamemperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit Yrama Cipta Dilindungi oleh Undang-UndangCopyright © 2014 pada Penerbit YRAMA WIDYA KATALOG DALAM TERBITANKosasih, E Jenis-jenis Teks dalam Mata Pelajaran BahasaIndonesia SMA/MA/SMK analisis fungsi, struktur,kaidah serta langkah-langkah penulisannya / oleh - - Bandung Yrama Widya, 2014. vi + 322 hlm. ; 18 × 25 cm. ISBN 978-602-277-721-2 1. Bahasa Indonesia I. Judul. JENIS-JENIS TEKSK ata Pengantar Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Mahakuasa karena atas rahmat-Nyabuku ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semuapihak, terutama para dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UniversitasPendidikan Indonesia, atas kontribusi di dalam penyusunan buku ini, dalam rangka menjawabtantangan atas pemberlakuan Kurikulum 2013. Dengan pemberlakuan kurikulum tersebut memang telah terjadi pergeseran pendekatanpembelajaran bahasa Indonesia, yakni dari pendekatan komunikatif ke pendekatan teks genre.Para guru dan siswa kemudian dihadapkan pada istilah-istilah yang relatif baru, seperti anekdot,eksplanasi, prosedur, cerita ulang, negosiasi. Beberapa di antara istilah itu ada yang tidak asing,misalnya, teks eksposisi. Akan tetapi, sudut pandangnya berbeda dengan yang biasa dipahamidi dalam kurikulum sebelumnya. Begitu pun dengan jenis-jenis teks lainnya, seperti cerpen,novel, pantun; teks-teks tersebut harus dipahami berdasarkan struktur dan kaidahnya. Lagi-lagikeberadaan kedua aspek itu pun merupakan hal baru. Pada kurikulum sebelumnya, kajian-kajianterhadap jenis-jenis teks tersebut lebih banyak diarahkan pada kegiatan reseptif dan produktifmelalui kegiatan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Sementara itu, dalam Kurikulum2013, teks-teks yang berjumlah 15 jenis itu kelas X – XII harus dipelajari secara sistematis,baik lisan ataupun tertulis, yakni sembilan langkah sistematis, dimulai dengan memahami sampaimengonversi. Berdasarkan hasil bincang-bincang dengan para guru, tenaga pengawas, dan mahasiswa,kalangan akademisi, dan para pemerhati pengajaran bahasa lainnya, tampaknya keberadaan konsepserta pengembangan pembelajaran berbasis teks belum begitu jelas bagi mereka. Oleh karenaitu, penulis menjadi tergerak dan memandang perlu untuk menyusun sebuah buku yang dapatmengatasi kelangkaan literatur yang berkonteks keindonesiaan. Dalam buku ini, pembahasantentang ketiga konsep tersebut penulis kaitkan dengan kompetensi dasar KD dan jenis-jenisteks yang ada pada Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA/MA/SMKsehingga langkah penerapannya dapat lebih jelas dan praktis. Semoga buku ini bermanfaat, terutama bagi semua pihak yang berkomitmen dalammengembangkan kualitas pengajaran bahasa Indonesia di Tanah Air. Amin. Penulis JENIS-JENIS TEKS iiiDaftar IsiKata Pengantar......................................................................................................................... iiiDaftar Isi ................................................................................................................................... ivI. Anekdot........................................................................................................................... 1 A. Pengertian................................................................................................................. 1 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Anekdot...................................................................... 3 C. Perbandingan Anekdot.............................................................................................. 11 D. Menulis Anekdot....................................................................................................... 14 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 17II. Eksposisi.......................................................................................................................... 21 A. Pengertian................................................................................................................. 21 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Eksposisi............................................................ 24 C. Perbandingan Teks Ekpsosisi.................................................................................... 30 D. Menulis Teks Eksposisi............................................................................................. 36 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 38III. Laporan Hasil Observasi............................................................................................... 43 A. Pengertian................................................................................................................. 43 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Laporan Observasi............................................. 44 C. Perbandingan Teks Laporan Observasi..................................................................... 52 D. Menulis Teks Laporan Observasi.............................................................................. 58 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 60IV. Prosedur Kompleks........................................................................................................ 65 A. Pengertian................................................................................................................. 65 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Prosedur Kompleks........................................... 67 C. Perbandingan Teks Prosedur Kompleks................................................................... 75 D. Menulis Teks Prosedur Kompleks............................................................................ 78 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 80V. Negosiasi.......................................................................................................................... 85 A. Pengertian................................................................................................................. 85 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Negosiasi........................................................... 87 iv JENIS-JENIS TEKSC. Perbandingan Teks Negosiasi................................................................................... 95 D. Menulis Teks Negosiasi............................................................................................ 98 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 101VI. Cerita Pendek................................................................................................................. 107 A. Pengertian Cerita Pendek.......................................................................................... 107 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Cerita Pendek.................................................... 111 C. Perbandingan Teks Cerita Pendek............................................................................. 124 D. Menulis Cerpen......................................................................................................... 128 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 132VII. Pantun............................................................................................................................. 137 A. Pengertian Pantun..................................................................................................... 137 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Pantun........................................................................ 138 C. Perbandingan Teks Pantun........................................................................................ 141 D. Menulis Pantun......................................................................................................... 145 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 147VIII. Cerita Ulang.................................................................................................................... 153 A. Pengertian Cerita Ulang............................................................................................ 153 B. Fungsi, Stuktur, dan Kaidah Cerita Ulang................................................................ 155 C. Perbandingan Teks Cerita Ulang............................................................................... 164 D. Menulis Cerita Ulang................................................................................................ 172 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 173IX. Eksplanasi Kompleks..................................................................................................... 177 A. Pengertian Teks Eksplanasi Kompleks..................................................................... 177 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Ekspalansi Kompleks........................................ 178 C. Perbadingan Teks Ekspalansi Kompleks.................................................................. 186 D. Menulis Teks Eksplanasi Kompleks......................................................................... 191 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 194X. Ulasan Film/Drama........................................................................................................ 199 A. Pengertian Teks Ulasan............................................................................................. 199 B. Fungsi, Stuktur, dan Kaidah Teks Ulasan................................................................. 203 C. Perbandingan Teks Ulasan........................................................................................ 210 D. Menulis Teks Ulasan................................................................................................. 213 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 215 JENIS-JENIS TEKS vXI. Teks Sejarah.................................................................................................................... 221 A. Pengertian Teks Sejarah............................................................................................ 221 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Sejarah............................................................... 222 C. Perbandingan Teks Sejarah....................................................................................... 230 D. Menulis Teks Sejarah................................................................................................ 234 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 236XII. Berita............................................................................................................................... 241 A. Pengertian................................................................................................................. 241 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Berita................................................................. 242 C. Perbandingan Teks Berita......................................................................................... 247 D. Menganalisis Teks Berita.......................................................................................... 250 E. Menulis Teks Berita ................................................................................................. 252 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 254XIII. Iklan................................................................................................................................. 259 A. Pengertian Iklan........................................................................................................ 259 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Iklan................................................................... 261 C. Perbandingan Teks Iklan........................................................................................... 267 D. Menulis Iklan............................................................................................................ 273 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 275XIV. Editorial.......................................................................................................................... 281 A. Pengertian Teks Editorial.......................................................................................... 281 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Editorial............................................................. 283 C. Perbandingan Teks Editorial..................................................................................... 289 D. Menulis Teks Editorial.............................................................................................. 293 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 294XV. Cerita Fiksi dalam Novel............................................................................................... 299 A. Pengertian Novel....................................................................................................... 299 B. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Novel.......................................................................... 299 C. Perbandingan Teks Fiksi dalam Novel...................................................................... 309 D. Menulis Teks Fiksi dalam Novel.............................................................................. 313 Soal-soal Latihan.............................................................................................................. 315Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 321Biografi Penulis......................................................................................................................... 322 vi JENIS-JENIS TEKSI Anekdot A Pengertian Perhatikanlah teks di bawah ini dengan cermat! Empat Kali Tujuh “Empat kali tujuh adalah dua puluh delapan,” kata orang yang satunya. “Empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh,” kata seorang yang satunya lagi. Dua orang itu pada akhirnya bertengkar yang menyaksikan menjadi jengkel. Keduanya akhirnya dibawa menemui hakim setempat. Hakim memerintahkan agar orang pertama dipenjara. Orang itu berteriak memprotes, “Lho, kok, saya? Di mana salah saya? Omongan saya, kan, benar, Pak Hakim. Empat kali tujuh itu dua puluh delapan. Iya, kan?” “Kamu itu justru sangat bodoh,” kata hakim itu dengan tenangnya. “Mau-maunya kamu bertengkar dengan orang yang tolol, yang mengatakan bahwa empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh. Bukankah kamu yang seharusnya dihukum?” Orang itu akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim benar. Teks di atas berbentuk cerita. Di dalamnya ada tokoh, latar, dan alur atau rangkaian Tokoh a. orang I b. orang II c. hakim Anekdot 12. Latar di suatu tempat, di pengadilan3. Alur a. Perbedaan pendapat antara orang I dan orang II tentang hasil perkalian empat kali tujuh. b. Orang I dan orang II bertengkar hebat. c. Kedua orang tersebut dibawa ke pengadilan. d. Orang I diputuskan bersalah. Berbeda dengan narasi pada umumnya, dalam anekdot ada unsur lelucon dan di balik ituterkandung pula unsur kritik dengan maksud memberikan nasihat ataupun Kelucuan dalam contoh itu tampak pada “nasib sial” yang dialami orang I, yang merasa yakin dan percaya diri pendapatnya paling benar, tetapi kemudian hatinya menjadi kecut gara-gara keputusan hakim yang menyatakan ia justru yang Kritik dan pesan yang terkandung yaitu jangan mudah menganggap orang lain bodoh. Boleh jadi diri sendiri itulah yang lebih bodoh dari orang lain. Hal ini tampak pada pernyataan hakim bahwa orang yang berdebat dengan orang tolol berarti ia lebih tolol karena ia sudah melakukan pekerjaan yang sia-sia, tidak ada gunanya. Berdasarkan contoh di atas, dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan anekdot adalahteks yang berbentuk cerita; di dalamnya mengandung humor sekaligus kritik. Karena berisikritik, anekdot sering kali bersumber dari kisah-kisah faktual dengan tokoh nyata yang tidak semata-mata menyajikan hal-hal yang lucu-lucu, guyonan, ataupun humor. Akantetapi, terdapat pula tujuan lain di balik cerita lucunya itu, yakni berupa pesan yang diharapkanbisa memberikan pelajaran kepada khalayak. Perhatikan pula teks berikut. Alkisah di tahun 2100 diadakan perlombaan pengetahuan ilmiah tingkat dunia di seleksi awal dilakukan tanya jawab oleh panitia penyelenggara. Berikut cuplikan tanyajawab tersebut.Peserta pertama dari Amerika dipanggil PanitiaPanitia Coba ceritakan siapa itu Galileo Galilei?Si Amerika Fisikawan Italia zaman Reinaissance, penyempurna teleskop yang bisa mengamati bintang dan pendukung teori Kalo James Watt?Si Amerika Ilmuwan Skotlandia penemu mesin uap modern yang memicu revolusi industri, nama belakangnya dipakai sebagai satuan daya saat Ok. Good. Proceed….Peserta kedua dari Cina dipanggil PanitiaPanitia Coba ceritakan siapa itu Archimedes?Orang Cina Filsuf Yunani Kuno. Penemu cara kerja tuas, sistem katrol, menyem­purna­kan nilai pi, dan kutipannya yang paling terkenal Uereka, Uereka!!’.Panitia Well. Good enough, bagaimana dengan Guglielmo Marconi?Orang Cina Ilmuwan asal Italia pemenang nobel dan penemu sistem telegrafi tanpa kabel yang kemudian dikembangkan menjadi Ok. Fine. Proceed…..2 JENIS-JENIS TEKSTibalah peserta ketiga dari Indonesia dipanggil PanitiaPanitia Coba ceritakan siapa itu Albert Enstein?Orang Indonesia orang Indonesia itu berpikir sebentar Em… tidak tahu tuh….Panitia heran Kalo Sir Isaac Newton siapa?Orang Indonesia berpikir lagi Eu, …tidak tahu juga….Panitia semakin heran dengan kebodohan peserta itu Ok, gimana dengan Thomas Alva Edison. Tahu, dong?Orang Indonesia malah jengkel Ndak, tahu!Panitia juga hilang kesabarannya Huh, kamu tidak tahu siapa itu Enstein, Newton, Edison tapi kamu nekat mau ikut perlombaan tingkat dunia seperti ini? Tidak salah, tuh? SinisOrang Indonesia menghardik Oh, ya? Sekarang saya balik bertanya sama Ente. Tahu tidak si Urip, si Raharjo, si Suprapto itu siapa?Panitia Tidak tahu. Emang siapa mereka?Orang Indonesia Nah, itulah….! Masing-masing orang punya kenalan sendiri-sendiri! Jangan paksa saya mengenal orang-orang yang Anda sebutkan tadi itu! Emang gue pikirin. Berbeda dengan teks pertama, teks kedua berbentuk dialog atau percakapan. Namun, tekstersebut memiliki persamaan karena memuat latar, beberapa tokoh, dan alur atau rangkaianperistiwa. Persamaan lainnya bahwa teks tersebut mengandung humor atau peserta dari Indonesia jauh-jauh datang ke Jenewa untuk mengikuti perlombaan ilmiahtingkat dunia, tetapi sekadar mengenal nama-nama Enstein, Newton, atau Edison pun ia tidak tahu. Kelucuan dalam anekdot tidak hanya untuk mengundang tawa. Di balik humornya itu adapula ajakan untuk merenungkan suatu kebenaran. Adapun kebenaran yang ada di dalam teksitu dinyatakan secara tersurat oleh tokoh orang Indonesia, yakni bahwa setiap orang memiliki“kenalan” sendiri-sendiri dan jangan memaksakan kenalan itu harus diketahui juga oleh orang lain. B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Anekdot1. Fungsi Anekdot Tampak pada contoh-contoh di atas bahwa anekdot tergolong ke dalam teks berbentuk cerita narasi. Di dalamnya ada tokoh, alur atau rangkaian peristiwa, serta latar. Dengan demikian, berdasarkan fungsi umumnya, anekdot sama dengan teks-teks cerita lainnya, seperti cerita pendek ataupun novel. Anekdot berfungsi untuk menyampaikan sebuah cerita, baik fiksi ataupun nonfiksi, sehingga pembaca seolah-olah menyaksikan peristiwa yang diceritakan itu. Hanya saja dibandingkan dengan teks cerita lainnya, anekdot memiliki kekhususan, yakni mengandung unsur lucu atau humor. Kelucuan dalam anekdot tidak sekadar untuk mengundang tawa. Di balik humornya itu ada pula ajakan untuk merenungkan suatu kebenaran. Anekdot 3Untuk lebih jelasnya, perhatikan pula teks berikut. Khotbah Nasruddin Suatu ketika, orang-orang di kota mengundang Nasruddin untuk menyampaikan khotbah di sebuah majelis. Ketika tiba di mimbar, dia mendapati bahwa sebagian besar hadirin dalam majelis itu tidak terlampau bersemangat untuk mendengarkan khotbahnya. Sesudah menyampaikan salam, Nasruddin bertanya kepada hadirin, “Apakah kalian tahu materi yang akan saya sampaikan sekarang?” Hadirin serempak menjawab, “Tidak!” Oleh karena itu, Nasruddin berkata, “Saya tidak punya keinginan untuk berbicara kepada orang-orang yang tidak mengetahui apa pun tentang apa yang akan saya bicarakan sekarang.” Kemudian, ia berjalan turun dari mimbar dan meninggalkan majelis, tanpa memberikan khotbah apa pun. Orang-orang merasa tidak enak hati dan mengundang Nasruddin lagi pada keesokan harinya. Pada keesokan harinya, sesampai di mimbar, Nasruddin mengulang pertanyaan yang sama dan hadirin pun menjawab, “Ya !” Mendengar jawaban demikian, Nasruddin berkata, “Baiklah kalau begitu. Karena kalian sudah tahu apa yang akan saya sampaikan sekarang, saya tidak akan membuang waktu kalian yang sangat berharga karena kalian sudah mengetahui semuanya.” Kemudian, ia turun dari mimbar dan berjalan pulang. Kali ini orang-orang benar- benar dibuat bingung dan akhirnya mereka memutuskan untuk mencoba sekali lagi dan mengundangnya agar datang lagi pada minggu depan untuk menyampaikan khotbah. Minggu depannya, ketika naik mimbar, Nasruddin lagi-lagi bertanya yang sama, “Apakah kalian tahu materi yang akan saya sampaikan dalam khotbah ini?” Kali ini hadirin sudah bersiap-siap untuk pertanyaan itu. Sebagian dari mereka menjawab “Tidak!” dan sebagian lagi menjawab “Ya!” Nasruddin pun berkata lagi, “Baiklah, kalau begitu sebagian yang sudah tahu bisa menceritakan kepada sebagian lainnya yang belum tahu,” dan ia pun lagi-lagi kembali turun meninggalkan mimbar.*4 JENIS-JENIS TEKSDalam contoh tersebut, kelucuan tampak pada sikap Nasruddin yang membuat bingung jamaah atau para pengundangnya. Dari tiga kali diundang, ia sama sekali tidak berkhotbah, melainkan cukup bertanya paham tidaknya akan materi khotbah yang akan ia sampaikan. Adapun hikmah, pesan, ataupun pelajaran yang dapat dipetik dari anekdot itu ialah jamaah yang sudah mengetahui materi yang akan disampaikan Nasruddin untuk saling berbagi ilmu, tidak perlu mendatangkan orang lain. Dengan demikian, orang yang sudah mengetahui tentang suatu hal dapat mengingatkan orang Stuktur Anekdot Anekdot berupa cerita, kisah, atau percakapan singkat. Di dalamnya terkandung tokoh, latar, dan rangkaian peristiwa. Adapun rangkaiannya itu sendiri dibentuk oleh bagian-bagian seperti berikut abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. a. Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu teks. Contoh Rombongan jamaah haji dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang- barang yang mereka bawa Anekdot “Kuli dan Kiyai”. Gus Dur bercerita bahwa ada rombongan istri pejabat Indonesia pel­esir ke San Fransisco. Mereka menemani para suami yang sedang studi banding Anekdot “DoYou Like Salad?”. Seorang dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberi­kan kuliah hukum pidana Anekdot “KUHP dalam Anekdot”. b. Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis. Contoh Pada kesempatan itu, dua orang di antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan serius dalam bahasa Arab Anekdot “Kuli dan Kiyai”. “Empat kali tujuh adalah dua puluh delapan,” kata orang yang satunya. “Empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh,” kata seorang yang satunya lagi Dua orang itu pada akhirnya bertengkar yang menyaksikan menjadi jengkel. Keduanya akhirnya dibawa menemui hakim setempat.Anekdot “Empat Kali Tujuh”. Pada suatu ketika mereka mampir ke sebuah restoran. Ketika memesan makanan, mereka bingung dengan menu-menu makanan yang disediakan. Mereka pun tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik. Anekdot “Do You Like Salad?”. Anekdot 5c. Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian itulah adanya kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa. Contoh Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung mereka, sambil berucap, “Amin, amin, amin!” seraya menengadahkan tangan. Anekdot “Kuli dan Kiyai”. Hakim memerintahkan agar orang pertama dipenjara. Orang itu berteriak memprotes, “Lho, kok, saya? Di mana salah saya? Omongan saya, kan, benar, Pak Hakim. Empat kali tujuh itu dua puluh delapan. Iya, kan?” Anekdot “Empat Kali Tujuh”. KUHP dipelesetkan menjadi “Kasih Uang Habis Perkara”. Anekdot “KUHP dalam Anekdot”d. Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan. Contoh “Kamu itu justru sangat bodoh,” kata hakim itu dengan tenangnya, “Mau-maunya kamu bertengkar dengan orang tolol yang mengatakan bahwa empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh. Bukankah kamu yang seharusnya dihukum?” Anekdot “Empat Kali Tujuh”. Mahasiswa tercengang dan tertawa, sedangkan dosen menggeleng-gelengkan kepala. Anekdot “ KUHP dalam Anekdot”.e. Koda merupakan penutup atau kesimpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalam­ nya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti itulah, akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak ada. “Nah, itulah….! Masing-masing orang punya kenalan sendiri-sendiri! Jangan paksakan saya mengenal orang-orang yang Anda sebutkan tadi itu!” Anekdot “Lomba Karya Ilmiah Tingkat Dunia” Orang itu akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim benar. Anekdot “Empat Kali Tujuh” Krisis Orientasi Reaksi KodaAbstrak Struktur Umum Anekdot Sebagai suatu jenis teks cerita, struktur anekdot sama seperti jenis cerita story genreslainnya yang tidak harus terpaku pada struktur baku. Penulis memiliki kebebasan dalam6 JENIS-JENIS TEKSmenentukan strukturnya licentia poetica. Oleh karena itu, struktur anekdot sangatlahberagam. Tidak sedikit anekdot yang tidak memiliki abstrak. Tiba-tiba saja dalam anekdotitu tersaji suatu orientasi, tanpa penjelasan situasi atau latar belakangnya. Contohnyaanekdot “Empat Kali Tujuh” tersebut. Anekdot itu tiba-tiba masuk ke tahap orientasi, tanpaada kejelasan abstraksinya. Demikian pula tidak sedikit anekdot yang tidak memiliki ataupun maksud anekdot itu kemudian diserahkan pada pembaca sendiri. Perhatikan kedua contoh anekdot berikut. Politikus Sering Bohong Sebuah bis penuh dengan para politikus keluar dari marka jalan. Akhirnya, menabrak sebuah pohon besar di ladang seorang petani tua. Hampir semua penumpang menjadi korban dalam kecelakaan tersebut. Petani tua segera memberikan bantuan. Namun, apalah daya, ia tidak bisa berbuat apa pun karena memang para penumpang bis itu dianggap sudah tidak bisa tertolong lagi. Petani tua kemudian menguburkan politikus-politikus itu di kebunnya. Beberapa hari kemudian, petugas dari kepolisian mendatanginya dan menanyakan peristiwa kecelakaan itu, “Apakah benar mereka semua meninggal, Pak?” Petani tua itu menjawab, “Mereka tampak sudah meninggal, Pak. Memang beberapa di antara mereka ada yang masih bergerak-gerak. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata bahwa mereka belum meninggal. Tapi Anda kan tahu, betapa seringnya politikus itu berbohong. Saya tidak mempercayai perkataan mereka. Oleh karena itu, tetap saya harus menguburkannya!” Jin dan Tiga Manusia Ada sebuah kapal berisi penumpang berbagai bangsa yang karam. Ada tiga orang yang selamat, masing-masing dari Perancis, Amerika, dan Indonesia. Mereka terapung- apung di tengah laut dengan hanya mengandalkan sekeping papan. Tiba-tiba muncul jin yang baik hati. Dia bersimpati pada nasib ketiga bangsa manusia itu dan menawarkan jasa. “Kalian boleh minta apa saja, akan kupenuhi,” kata sang jin. Yang pertama ditanya adalah orang Perancis. “Saya ini petugas lembaga sosial di Paris,” katanya,”tolonglah kembalikan saya ke negeri saya”. Dalam sekejap, orang itu lenyap, kembali ke negerinya. “Kamu, orang Amerika, apa permintaanmu?” Anekdot 7“Saya ini pejabat pemerintah. Banyak tugas saya yang terlantar karena kecelakaan ini. Tolonglah kembalikan saya ke Washington.” “Oke,” kata jin, sambil menjentikkan jarinya. Orang Amerika lenyap seketika, kembali ke negerinya. “Nah sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa maumu.” “Duh, Pak Jin, sepi banget di sini,” keluh si orang Indonesia. “Tolonglah kedua teman saya tadi dikembalikan ke sini.” Alakazam, orang Perancis dan pria Amerika itu pun muncul lagi. Kedua teks di atas merupakan contoh anekdot yang tidak memiliki koda. Pembaca sendiri yang merumuskannya. Dengan ditemukannya anekdot yang tidak selengkap itu, sumber lain menyatakan bahwa suatu anekdot cukup dibentuk oleh orientasi, komplikasi, dan evaluasi. a. Orientasi merupakan bagian anekdot yang diisi oleh beberapa atau salah satu aspek berikut. 1 Mengenalkan kondisi atau karakter tokoh. Contoh Setelah lulus dari ujian negara di Beijing, seorang pemuda ditunjuk sebagai pejabat pemerintahan ibu kota provinsi. Namun, sebelum pergi, ia mengucapkan selamat tinggal kepada mentornya, yakni seorang pejabat senior. Anekdot “Seratus Ungkapan ABS”. 2 Menceritakan hal-hal terkait dengan apa, kapan, di mana, siapa, mengapa, bagaimana. Contoh a Sebuah bus penuh dengan para politikus keluar dari marka jalan apa, siapa. b Ada sebuah kapal berisi penumpang berbagai bangsa yang karam. Ada tiga orang yang selamat, masing-masing dari Perancis, Amerika, dan Indonesia di mana, siapa. 3 Memberi gambaran tentang masalah yang akan dihadapi tokoh. Contoh a Mereka terapung-apung di tengah laut dengan hanya mengandalkan sekeping papan. Anekdot “Jin dan Tiga Manusia” b Ketika tiba di mimbar, dia mendapati bahwa sebagian besar hadirin dalam majelis itu tidak terlampau bersemangat untuk mendengarkan khotbahnya. Anekdot “Khotbah Nasruddin”. b. Komplikasi merupakan bagian anekdot yang menceritakan masalah yang dihadapi tokoh. Bagian ini merupakan puncak cerita yang mengundang tawa sekaligus kritikan. Bagian ini dapat disamakan dengan krisis dan reaksi. Contoh “Nah sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa maumu.” “Duh, Pak Jin, sepi banget di sini,” keluh si orang Indonesia. “Tolonglah kedua teman saya tadi dikembalikan ke sini.” Alakazam, orang Perancis dan pria Amerika itu muncul lagi. Anekdot “Jin dan Tiga Manusia”.8 JENIS-JENIS TEKSNasruddin lalu memasukkan tongkatnya ke dalam air. Dengan hati-hati, Nasruddin memukul kaki-kaki mereka. Spontan mereka mengangkat kakinya dari dalam air karena kesakitan sehingga bisa melihat kakinya masing-masing. Anekdot “Kaki yang Tertukar”.c. Evaluasi merupakan bagian cerita yang memberikan komentar terhadap isi atau menjelaskan hikmah dari peristiwa yang telah diceritakan. Bagian ini dapat pula disebut sebagai Komplikasi Evaluasi koda krisis, reaksi Struktur Anekdot Lainnya3. Kaidah Anekdot Anekdot tergolong ke dalam teks bergenre cerita. Berdasarkan hal tersebut, secara kebahasaan language features anekdot memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Banyak menggunakan kalimat langsung ataupun tidak langsung. Kalimat-kalimat itu dinyatakan dalam bentuk dialog para tokohnya. Hal itu seperti yang tampak pada anekdot “Lomba Karya Ilmiah Tingkat Dunia” atau “Jin dan Tiga Manusia”. b. Banyak menggunakan nama tokoh orang ketiga tunggal, baik dengan menyebutkan langsung nama tokoh faktual atau tokoh yang disamarkan. Contoh Gus Dur, Nasruddin Hoja, Si Amerika, orang Indonesia, Pak Jin. c. Banyak menggunakan keterangan waktu. Hal ini terkait dengan bentuk anekdot yang berupa cerita; disajikan secara kronologis atau mengikuti urutan waktu. Contoh 1 Beberapa hari kemudian, petugas dari kepolisian mendatanginya dan menanyakan peristiwa kecelakaan itu. 2 “Nah sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa maumu.” 3 Dua orang itu pada akhirnya bertengkar hebat. 4 Ketika memesan makanan, mereka bingung dengan menu-menu makanan yang disediakan. d. Banyak menggunakan kata kerja material, yakni kata yang menunjukkan suatu aktivitas. Hal ini terkait dengan tindakan para tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan. Contoh 1 Petani tua segera memberikan bantuan. 2 Petani tua kemudian menguburkan politikus-politikus itu di kebunnya. Anekdot 93 Beberapa hari kemudian, petugas dari kepolisian mendatanginya dan menanyakan peristiwa kecelakaan itu. 4 Keduanya akhirnya dibawa menemui hakim setempat. 5 Hakim memerintahkan agar orang pertama dipenjara. 6 Orang itu berteriak Banyak menggunakan kata penghubung konjungsi yang bermakna kronologis temporal, yakni dengan hadirnya kata-kata akhirnya, kemudian, lalu. Contoh 1 Akhirnya, menabrak sebuah pohon besar di ladang seorang petani tua. 2 Petani tua kemudian menguburkan politikus-politikus itu di Banyak pula menggunakan konjungsi penerang atau penjelas, seperti bahwa. Ini terkait dengan dialog para tokohnya yang diubah dari bentuk langsung ke kalimat tak langsung. Contoh 1 Orang itu akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim benar. 2 “Kamu itu justru sangat bodoh,” kata hakim itu dengan tenangnya. “Mau-maunya kamu bertengkar dengan orang tolol, yang mengatakan bahwa empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh.” 3 “Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata bahwa mereka belum meninggal.” 4 Akan tetapi, karena hakim yang mengadili adalah teman baik Si Penampar, hakim memutuskan bahwa hukumannya berupa tamparan lagi. Konjungsi Kalimat Bertokoh penerang langsung, orang ketiga Konjungsi tak langsung kronologis tunggal Kaidah Anekdot Keterangan waktu Kata kerja material10 JENIS-JENIS TEKSC Perbandingan Anekdot Berdasarkan fungsinya, teks anekdot sama-sama termasuk ke dalam teks berbentuk ceritanarasi, story genres seperti halnya cerita pendek, cerita ulang, dan novel. Di dalamnyamengandung unsur-unsur naratif, seperti tokoh, alur, dan latar. Perhatikan teks di bawah ini. Kereta api Dwipangga yang membawa Lestari ke Yogyakarta pagi itu terasa berjalan merangkak. Lestari menatap bentangan sawah di luar yang biasanya tampak indah dan menenteramkan, namun kali ini terasa muram dan menggelisahkan. Bagi Lestari, meski telah puluhan kali ke Yogyakarta, perjalanan kali ini terasa bukan perjalanan biasa. Inilah perjalanan yang membuat Lestari mau tak mau harus berdamai dengan masa lalu yang selama ini selalu ingin ia kubur dalam‑dalam. “Mbak, aku mohon, datanglah. Tengoklah aku dan anakku. Kalau Mbak tidak kersa rawuh mungkin Mbak tidak akan ketemu aku lagi. Sekarang ini aku merasa seperti berpacu dengan waktu...” Lestari melipat kembali surat yang ditulis Menuk sepuluh hari lalu, menyusul surat‑surat lain yang ditulis secara teratur mengabarkan keadaannya. Ia tidak tahu persis hubungan persaudaraannya dengan Menuk, hanya ketika kecil mereka pernah bersama‑sama tinggal di deretan rumah petak di belakang satu rumah besar di Semarang. Lestari tidak pernah peduli dengan surat‑surat itu. Beberapa surat bahkan tidak pernah dibuka karena Lestari tidak ingin membacanya. Beberapa kali Lestari mengirimkan uang kalau surat yang dikirim Menuk sudah terasa amat mengganggunya. “Memangnya aku bank,” pikiran itu selalu melintas di benaknya, setiap saat ia mengambil blanko pos wesel dan menuliskan sejumlah uang. Namun, pada banyak kali ia tidak kuasa menolak permintaan Menuk. Bukan karena simpati, tetapi lebih karena ia ingin memelihara ketenteraman hatinya sendiri. Sering Lestari merasa Menuk menjebak Lest­ari untuk berbelas kasihan, sementara pada saat yang sama Lestari merasa tidak punya kewajiban apa pun untuk membantu Menuk. Hubungan mer­eka terpisah selama hampir tiga puluh tahun, meski dalam kurun itu dua kali Lestari menjumpai Menuk setelah wanita itu dengan putus asa memintanya datang. Sekali ketika suami Menuk ninggal karena kanker kelenjar getah bening. Dua kali, ketika Menuk dioperasi karena benjol di rahimnya katanya sudah tidak tertahankan sakitnya. Lestari ingat, Menuk menatapnya dengan pandanga­ n tidak percaya saat ia memasuki ruang rawat‑inap tiga IRS Panti Rapi Yogyakarta itu. Lestari melihatnya sekilas dan menyadari betapa tuanya Menuk pada usianya yang baru 27 tahun saat itu. Lestari juga selalu ingat bagai­ mana ia berusaha mengh­ indar dari pelukan Menuk dan hanya menyisihkan 15 menit waktunya setelah memb­ erikan amplop berisi sejumlah uang untuk ongkos pengobatannya. Sebenarnya Lestari tidak pernah lupa pesan Bramantyo, suami Menuk, yang baru ia kenal pada saat‑saat terakhirnya. “Saya hanya tahu Mbak sebagai satu‑satunya saudara Menuk. Saya mem­ inta keikhlasan Mbak untuk membantunya kar­ena rasanya hidup saya tidak akan lama.” Lestari pun tidak pernah lupa bagaimana perl­akuan keluarga Bramantyo terhadap Menuk. “Kam­ i lebih rela ia mati daripada terus hidup dengan pelacur itu,” itu yang dia dengar langsung Anekdot 11dari mulut kakak Bramantyo yang tidak tahu bahwa ia ada di tempat itu. Tetapi entah kenapa,Lestari tidak sedikit pun ingin melakukan pembelaan untuk Menuk yang saat itu terguguk disudut ruangan dan mendengar dengan jelas ucapan iparnya. Lestari kemudian bahkan tidak pernah berusa­ha mengingat pesan Bramantyo. Ia menghilangbegitu Bramantyo meninggal, sampai beberapa tahun kemudian ketika surat Menuk tergeletakdi meja kerjanya. “Maaf kalau aku mengganggumu, Mbak. Aku mengikuti semua tulisanmu di suratitu yang ditulis Menuk pada baris pert­ama suratnya Cerpen “Dua Hati”, Maria Hartiningsih. Teks di atas dikutip dari sebuah cerpen. Di dalamnya ada penokohan, latar, dan rangkaianperistiwa. Namun, teks tersebut tidak dikategorikan sebagai anekdot karena tidak mengandungunsur ada kelucuan-kelucuan menggelitik di dalamnya yang mengandung kebenaranataupun pelajaran pula teks duduk menjahit dengan tangan, menambal celana Ke mana Ari ...? Sudah malam belum kembali juga meletakkan jahitan, pergi ke jendela. Wah..., langit mendung. Jangan‑jangan .... terdengar suara di luarIbu terkejut Ari ...!menuju ke arah pintuBudi di luar Saya, Bu. Budi! Budi masukIbu heran, kuatir Kau sendiri, Bud, mana Ari? Kenapa tidak pulang sama‑sama?Budi ragu‑ragu Ari... ditahan polisi, terkejut Apa? Ya, Allah! Kenapa ditahan, Bud? terduduk lemasBudi Tadi kami sama‑sama berjualan koran di depan bioskop. Waktu orang membeli karcis, ada yang kehilangan dompet. Kebetulan saya di Terus?Budi Sebenarnya banyak orang di situ, tetapi yang kehilangan menyangka saya. Waktu ramai‑ramai mereka menyangka saya, Ari datang. Ia marah kepada orang yang kehilangan itu. Akhirnya mereka bertengkar. Ari Aduuh, Ari! hampir menangis Lalu bagaimana, Bud? Sekarang di mana Ari? berdiri.Budi Tidak apa‑apa, Bu. Ari membalas memukul lagi. Akhirn­ ya mereka berkelahi dan Ari Ayo, Bud! Kita ke kantor Sebentar, Bu. Saya beri tahu ibu Ya. Cepatlah beri tahukan ibumu, katakan kamu akan mengantar ke menuju pintu, akan ke luar.Ari dari luar “Bud, Ibu? Saya pulang!”Ibu/Budi Itu Ari! mereka bergegas ke pintuAri memeluk ibu Tidak apa‑apa, Bu. Orang itu salah sangka. Budi disangka yang tidak‑tidak. Mungkin karena pakaian kotor begini lalu disangka gembira Kau tidak apa‑apa, Nak?Ari Hanya kena pukul sedikit di pipi, Bu. Tetapi tak apa. Ternyata waktu diperiksa polisi, dompetnya tidak hilang. Ia lupa membawa dari marah Kurang ajar! Enak saja menyangka Maka itu, aku hantam dia tadi, JENIS-JENIS TEKSIbu Sudahlah, Ari Budi. Lain kali kalian jangan begitu!Ari Habis bagaimana, Bu? Masa kita biarkan saja orang meng­hina dan menuduh yang bukan‑bukan. Apa karena kita miskin? Begitu saja disangka Sabarlah, Nak! Yang benar tetap benar meskipun dalam pembungkus yang jelek. Sabarlah memang banyak orang mengukur dari kulit luar saja. Teks di atas juga memiliki bentuk yang sama dengan salah satu contoh anekdot yang disajikansebelumnya, yakni sama-sama berbentuk dialog. Di dalamnya ada tokoh, latar, dan rangkaianperistiwa. Namun, teks percakapan tersebut tidak berkategori sebagai anekdot. Sama seperticuplikan cerpen di atas, teks tersebut juga tidak mengandung unsur humor ataupun sikap kritis. Berikut bentuk teks lainnya. Cinta Pembawa Pesan Apakah yang kita rasakan setelah membaca sebuah cerita fiksi? Ada sebuah atau lebih pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Pesan itu bisa bermacam-macam. Kesetiaan, kemanusiaan, kepasrahan kepada Tuhan, cinta yang tulus, hingga pesan tentang kematian. Pesan itu bisa diramu sangat halus, sehingga pembaca, pada awalnya hampir tidak menyadarinya. Bisa juga disampaikan secara lebih terbuka, bahkan lugas. Seorang cerpenis menulis cerita pendek bukan sekadar mengemas sebuah cerita untuk dihidangkan kepada pembaca. Nilai sebuah cerpen tidak hanya ditentukan oleh keindahan bahasa dan kompleksitas jalinan cerita, tapi juga pada pesan yang dibawanya. Untuk apa sebuah cerpen yang mengharu biru dan membuat pembacanya bercucuran air mata, tapi setelah itu segalanya selesai? Tidak ada sesuatu yang dapat dipetik darinya. Sebuah cerpen yang baik, seharusnya mengusung pesan-pesan pencerahan; sarat nilai- nilai yang mendorong masyarakat untuk mengambil setidaknya satu atau dua butir hikmah untuk hidup yang lebih baik; menyadarkan manusia yang lalai akan nilai-nilai kehidupan yang harus dijunjung tinggi. Tentu saja, karena ini merupakan fiksi, pesan itu harus disampaikan sehalus mungkin. Jangan sampai terkesan menggurui, apalagi berubah menjadi khotbah. Media untuk menyampaikan pesan itu bisa bermacam-macam. Bisa melalui kisah cinta, petualangan, konflik antara orangtua dan anak, dan lain sebagainya. Dalam buku 20 Tahun Cinta Senayan Abadi Publishing, 2003, misalnya, kita akan dapati pesan-pesan yang indah. Cerpen karya Asma Nadia yang berjudul 20 Tahun Cinta sungguh mengharukan. Cerpen itu mengisahkan seorang lelaki yang sudah beristri, Pras, jatuh cinta lagi kepada perempuan yang sudah bersuami, Ajeng. Itu hal yang nyaris mustahil. Ajeng menolak Pras, tapi Pras mengatakan menunggu 20 tahun lagi. Meskipun demikian, tak ada sebersit pun niat di hati Pras untuk mengganggu rumah tangga Ajeng, apalagi sampai menodainya. Namun, Ajeng tetap menolaknya. Ia menggerendel pintu hatinya terhadap Pras. Ia berusaha setia terhadap suaminya. Sumber Republika Teks tersebut merupakan contoh ulasan faktual genres. Di dalam teks tersebut banyak sekalipendapat dan kebenaran yang bisa kita pelajari dan kita ikuti. Dalam beberapa aspek, teks tersebutmemiliki kesamaan dengan anekdot. Akan tetapi, teks tersebut juga tidak terkategorikan sebagaianekdot. Alasannya, teks tersebut tidak berbentuk cerita dan tidak mengandung unsur humor. Anekdot 13Aspek Teks Cerita Story Genres Teks FaktualPersamaan Factual GenresPerbedaan Cerita Pendek Anekdot Ulasan Mengandung unsur tokoh, alur, latar Mengungkap suatu Tidak mengandung unsur Selalu mengandung unsur kebenaran faktual kelucuan, tidak selalu kritis kelucuan dan bersifat kritis Tidak berbentuk ceritaD Menulis Anekdot Penulis yang baik adalah penulis yang dapat menjadikan sesuatu yang sederhana, yang tidakbegitu berarti, menjadi suatu karya yang menarik dan bermanfaat bagi pembacanya. Ide-idepenulisannya, baik itu dalam bentuk anekdot, cerpen, teks eksplanasi, serta jenis teks lainnya,cukup digali dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kesehariannya. Selain mudah diperoleh,ide-ide semacam itu mudah dikenali sehingga mudah pula untuk dikembangkan. Perhatikan kembali contoh anekdot berikut. Bila Prajurit Menjewer Komandan Dalam suatu apel pagi, seorang komandan sedang mengetes anak buahnya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Komandan Apa yang kamu lakukan jika kamu berhadapan dengan musuh dalam jumlah yang sangat besar? Rucah Langsung saya serang, Pak!Komandan Salah! Kamu harus melaporkan pada pasukanmu supaya dapat menyerang bersama-sama. Lalu, bagaimana jika kamu berhadapan dengan seekor babi hutan yang jinak?Rucah Saya melaporkan pada pasukan saya supaya dapat menyerang bersama-sama Pak!Komandan Salah! Kamu harus menjewer kupingnya supaya tidak nakal! Lalu, apa yang kamu lakukan jika berhadapan dengan saya?Rucah Langsung saya jewer kupingnya, Pak, biar tidak nakal!Komandan ???14 JENIS-JENIS TEKSPenulis dengan leluasa menceritakan sesuatu yang diketahuinya tentang hubungan seorangkomandan dengan anak buahnya yang bernama Rucah. Karakter Rucah yang polos digambarkanmelalui dialognya yang lugu, namun memberikan efek lucu. Menulis anekdot tidak memerlukan ide yang kompleks seperti halnya menulis cerpenataupun novel. Hal yang penting kita mempunyai lintasan ide yang berisi kritik. Poleslah ide itudengan humor-humor seperti pada contoh-contoh di atas. Anekdot bisa menjadi menarik karenamemang idenya tidak semata-mata bersumber dari khayalan belaka. Sumber penulisannya adalahkehidupan orang lain atau kita sendiri. Tokohnya pun bisa diambil dari keadaan faktual ataupunfiktif. Perhatikan pula contoh berikut. Neil Amstrong Bukan Manusia Pertama ke Bulan Neil Amstrong sering disebut-sebut sebagai manusia pertama yang menginjakkan kaki di bulan. Namun, ternyata predikat itu tidak benar. Buktinya, ketika Mas Amstrong sedang berjalan-jalan dengan bangganya di bulan, dia ketemu dengan orang dari negeri Cina dan seorang Indonesia. Keduanya sudah jauh lebih dulu berada di sana. Neil Amstrong, yang terbang ke bulan dengan Apollo 11, kaget dan bertanya kepada si orang Cina bagaimana caranya dia bisa sampai di bulan. “Kami bekerja sama dengan saling naik pundak seluruh penduduk Cina, akhirnya sampailah saya di sini,” jawab yang ditanya. Wah, pikir Amstrong, satu miliar manusia rupanya bisa ditumpuk-tumpuk, dan akhirnya bisa sampai ke bulan. “Kalau Anda, bagaimana caranya bisa sampai di sini?” tanya Amstrong kepada orang Indonesia. “Saya naik tumpukan kertas-kertas seminar.” Ha ha ha …. Cerita di atas tentu saja bersifat fiktif karena tidak ada berita yang membuktikan ada orangCina dan Indonesia pergi ke bulan. Meskipun demikian, cerita tersebut memanfaatkan tokohfaktual, yakni Neil Amstrong agar ceritanya seolah-olah nyata. Percaya atau tidaknya pembacaterhadap isi cerita tersebut memang tidak penting karena tujuan penulis bukanlah hal dari anekdot tersebut adalah menyindir perilaku masyarakat Indonesia yang lebih senangberteori di ruang-ruang seminar sehingga kertas pun menumpuk sampai-sampai bisa dipakai naikke bulan. Cerita semacam itu dapat dikarang oleh penulis. Hal ini karena dalam anekdot tidak adaketentuan ceritanya harus benar-benar faktual. Seperti menulis cerpen, kita bisa memanfaatkanpengalaman, pengetahuan, dan imajinasi kita dalam pengembangannya. Hal yang terpentingyaitu kritik atau pesan yang akan disampaikan bisa terwakili oleh cerita tersebut. Namun, unsurhumornya tidak terlupakan. Adapun langkah sistematisnya adalah sebagai Menentukan topik anekdot. Misalnya, turis Amerika yang merasa paling Merumuskan tujuan. Misalnya, mengingatkan bahwa bangsa Indonesia pun bisa mengalah­ kannya dengan permainan kata-kata. Anekdot 153. Menghadirkan tokoh dan latar. Misalnya, sopir taksi dan turis Amerika di dalam perjalanan Kota Melengkapi struktur anekdot yang terdiri atas abstrak, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Struktur Pokok-pokok Anekdota. Abstrakb. Orientasi Sopir taksi membawa turis Amerika, di jalanan Krisis Turis Amerika memerhatikan Reaksi Sang turis merasa proses pembangunan di negaranya lebih baik daripadae. Koda yang ada di Jakarta. Sopir taksi merasa tersinggung dan mencari jalan untuk mengalahkan kesombongan turis Amerika. Kalau sekadar berkata-kata, siapa pun bisa melakukann­ Memerhatikan ketepatan penggunaan bahasa, seperti kalimat langsung dan tidak langsung, fungsi kalimat, kata ganti, kata kerja, dan Mencantumkan judul yang sesuai dengan isi contoh hasilnya. Turis Amerika dan Stadion Bung Karno Sekitar tahun 1960-an seorang sopir membawa turis Amerika keliling Jakarta. Saatmelintas di depan Sarinah, di Jalan Thamrin, sang turis bertanya kepada sopir, “Berapa lamawaktu yang diperlukan untuk mendirikan bangunan itu?” “Empat tahun,” jawab Si Sopir enteng. “Itu sih terlalu lama, makan waktu. Kalau di Amerika, paling-paling hanya butuh waktudua tahun,” timpal Sang Turis. Setibanya di Bundaran HI, turis tadi kembali bertanya, “Kalau bangunan ini, kira-kiraberapa lama waktu yang dibutuhkan sampai betul-betul berwujud hotel?” “Dua tahun,” jawab Si Sopir mencoba memendekkan waktu. “Ah, kalau di Amerika sih paling-paling hanya butuh waktu setahun.” Sewaktu sampai di dekat kompleks Stadion Bung Karno atau dulu disebutnya StadionUtama Senayan, Sang Turis ini pun kembali melontarkan pertanyaan yang sama. Tanpa memperlihatkan rasa bersalah sedikit pun Si Sopir menjawab, “Entahlah, sore stadion ini belum ada di sini.” Nah, lho. Sekadar omong-omong mah siapa takut!16 JENIS-JENIS TEKSSoal-soal LatihanPilihlah jawaban yang benar!1. “Kamu itu justru sangat bodoh,” kata hakim itu dengan tenangnya. “Mau-maunya bertengkardengan orang tolol, yang mengatakan bahwa empat kali tujuh adalah dua puluh kamu yang seharusnya dihukum?”Peristiwa yang dialami tokoh “kamu” lebih tepat disebut ....A. konyol D. tragisB. ironis E. kontradiktifC. sarkastis2. Pelajaran yang dapat dipetik dari cuplikan anekdot pada soal nomor 1 di atas adalah .... A. berdebatlah secara jujur B. jangan melawan aparat hukum C. taatilah hukum dengan sewajarnya D. hargailah pendapat sesama dengan adil E. uruslah sesuatu yang penting dan bermanfaat3. Orang Indonesia “Nah, itulah….! Masing-masing orang kan punya kenalan sendiri- sendiri! Jangan paksakan saya mengenal orang-orang yang Anda sebutkan tadi itu! Emang gue pikirin” Pesan yang terdapat dalam cuplikan anekdot di atas adalah .... A. setiap orang memiliki pendapat masing-masing B. pengetahuan setiap orang selalu tidak sama C. jangan memaksakan kehendak kepada orang lain D. perlunya mengenal kebiasaan dan kemampuan orang lain dengan baik agar tidak terjadi konflik E. setiap orang memiliki kenalan yang berbeda-beda dan jangan dipaksakan untuk mengenal orang lain4. Kemudian, ia turun dari mimbar dan berjalan pulang. Kali ini orang-orang benar-benar dibuatbingung dan akhirnya mereka memutuskan untuk mencoba sekali lagi dan mengundangnyaagar datang lagi pada minggu depan untuk menyampaikan struktur anekdot, bagian itu lebih tepat disebut dengan ....A. abstrak D. reaksiB. orientasi E. kodaC. krisis5. Contoh bagian reaksi adalah .... A. seorang dosen memberikan kuliah Hukum Pidana B. suasana kelas biasa-biasa saja C. kelas kembali berlangsung normal D. KUHP dipelesetkan menjadi “Kasih Uang Habis Perkara” E. mahasiswa tercengang dan tertawa, sedangkan dosen menggeleng-gelengkan kepala Anekdot 176. Pada suatu ketika mereka mampir ke sebuah restoran. Ketika memesan makanan, mereka bingung dengan menu-menu makanan yang disediakan. Mereka pun tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik. Bagian itu disebut sebagai orientasi anekdot karena .... A. mengarahkan pada terjadinya krisis B. bertokohkan antagonis C. menjadi unsur konflik utama D. mengandung kelucuan E. tidak beralur maju7. “Kamu itu justru sangat bodoh” kata hakim itu dengan tenangnya. “Mau-maunya kamu bertengkar dengan orang tolol, yang mengatakan bahwa empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh. Bukankah kamu yang seharusnya dihukum?” Reaksi dalam cuplikan anekdot di atas lebih bersifat .... A. menghibur B. mencela C. menggurui D. mengarahkan E. menghardik8. “Nah, itulah….! Masing-masing, orang punya kenalan sendiri-sendiri! Jangan paksakan saya mengenal orang-orang yang Anda sebutkan tadi itu!” Koda di atas lebih tepat disebut dengan .... A. pernyataan B. persetujuan C. pembelaan D. pengakuan E. penjelasan9. Sebuah bus penuh dengan 1 para politikus keluar 2 dari marka jalan. Akhirnya 3,menabrak 4 sebuah pohon besar di ladang seorang petani tua. Hampir semua 5 penumpangmenjadi korban dalam kecelakaan yang bermakna kronologis ditandai dengan nomor ....A. 1 D. 4B. 2 E. 5C. 310. Petani tua segera memberikan bantuan 1. Namun, apalah daya, 2 ia tidak bisa berbuat apapun 3 karena memang para penumpang bus itu dianggap sudah tidak bisa tertolong lagi 4.Petani tua kemudian menguburkan politikus-politikus itu di kebunnya. 5Kalimat yang mengandung konjungsi kronologis adalah nomor ....A. 1 D. 4B. 2 E. 5C. 318 JENIS-JENIS TEKS11. Berikut ini yang tidak termasuk kalimat yang menggunakan keterangan waktu, yaitu .... A. “Duh, Pak Jin, sepi banget di sini,” keluh orang Indonesia. B. Dua orang itu pada akhirnya bertengkar hebat. C. “Nah, sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa maumu.” D. Ketika memesan makanan, mereka bingung dengan menu-menu makanan yang disediakan. E. Beberapa hari kemudian, petugas dari kepolisian mendatanginya dan menanyakan peristiwa kecelakaan Contoh penggunaan kalimat tak langsung yang benar .... A. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata bahwa mereka belum meninggal. B. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata, “Mereka belum meninggal.” C. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata, Mereka belum meninggal! D. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang mengatakan mereka belum meninggal. E. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata, “Bahwa mereka belum meninggal!”13. Kalimat yang tidak menggunakan kata kerja material ... A. Petani tua segera memberikan bantuan. B. Mereka merasa seorang diri di tempat itu. C. Keduanya akhirnya dibawa menemui hakim setempat. D. Petani tua kemudian menguburkan politikus-politikus itu di kebunnya. E. Beberapa hari kemudian, petugas dari kepolisian mendatanginya dan menanyakan peristiwa kecelakaan 1 Pada zaman dahulu di suatu negara yang pasti bukan negara kita ada seorang tukang pedati yang rajin dan tekun. 2 Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya. 3 Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. 4 Namun sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. 5 Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai. 6 Kuda beserta dagangannya hanyut. Cuplikan anekdot di atas disusun dengan pola .... A. kronologis B. komparatif C. kausalitas D. spasial E. umum khusus15. Kalimat yang tidak menggunakan kata penunjuk keterangan waktu pada soal nomor 14 ditandai dengan nomor .... A. 1, 2 B. 2, 3 C. 3, 4 D. 4, 6 E. 5, 6 Anekdot 19Perhatikan kutipan teks anekdot di bawah ini untuk menjawab soal nomor 16 dan 17!Kemudian Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada hakim,“Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?” Dengan entengnyaSang Hakim menjawab, “Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaang!!!!”16. Berdasarkan kaidah kebahasaannya, teks di atas memiliki karakteristik sebagai anekdot karena .... A. mengandung kalimat langsung B. banyak menggunakan kata benda C. adanya humor yang menggelitik D. menggunakan kata bermakna penyebaban E. diakhiri dengan suatu koda17. Konjungsi bermakna urutan waktu di dalam cuplikan anekdot di atas adalah ....A. kemudian D. adalahB. kepada E. sehinggaC. denganPerhatikan cuplikan teks anekdot di bawah ini untuk menjawab soal nomor 18 dan 19!Setelah Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke penjaradan uangnya disita, Sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan pengadilantersebut, “Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan kalian, peradilan ini sudahadil?” Masyarakat yang ada serempak menjawab, “Adiiill!!!”18. Cuplikan teks anekdot di atas termasuk ke dalam ....A. koda D. orientasiB. reaksi E. abstrakC. krisis19. Fungsi keterangan pada cuplikan anekdot di atas diawali dengan penggunaan kata ....A. setelah D. kepada khalayakB. sang hakim E. sudah adilC. ke penjara20. Pemuda itu menjawab lagi, “Sayangnya, pada kenyataannya kebanyakan orang senang disanjung, Pak. Hanya beberapa pria yang benar-benar sejati seperti Anda yang tidak menyukai sanjungan.” “Mungkin kamu benar,” pejabat senior itu mengangguk sambil ters­ enyum. Kemudian, pemuda tersebut menceritakan pengalaman itu kepada temannya, “saya sudah menggunakan satu dari persediaanku. Sekarang saya memiliki sembilan puluh sembilan ungkapan ABS yang tersisa.” Pelajaran yang dapat dipetik dari cuplikan anekdot itu adalah …. A. betapa susahnya melihat kelemahan diri sendiri B. banyak kesalahan pada diri orang lain yang mudah kita lihat C. tidak ada orang di dunia ini yang mau mengakui kelemahannya D. perlu ada saling menghargai antara orang yang satu dengan orang lain E. setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda di dalam memahami sesuatu20 JENIS-JENIS TEKSII EksposisiA Pengertian Perhatikanlah teks berikut. Generasi Galau oleh Dr. E. Kosasih, putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air yang satu, tanah air IndonesiaKami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar Sumpah Pemuda tersebut berkumandang pada tanggal 28 Oktober 1928. Itulahperistiwa yang menjadi bukti nyata besarnya rasa bangga pemuda pemudi masa lampauterhadap tanah air, bangsa, dan bahasanya. Juga menunjukkan kuatnya rasa percaya diri merekaterhadap suatu negeri yang bernama “Indonesia”. Pemuda-pemudi pada masa lalu dengan gagahnya telah menyatakan diri sebagai pemudadan pemudi yang memiliki jati diri yang bertanah air dan bangsa yang satu. Dengan penuhkebanggaan, mereka pun bertekad untuk selalu menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasapersatuan; menggunakan bahasa Indonesia di dalam segenap pergaulan mereka; bukan bahasaInggris, Belanda, dan bahasa asing lainnya. Bayangkan! Peristiwa heroik itu terjadi di dalam kondisi yang serba darurat, kritis; ditengah-tengah cengkraman bangsa lain. Mereka berada di dalam belenggu dan kebengisanbangsa penjajah. Akan tetapi, mereka bisa melahirkan peristiwa bersejarah yang sanggupmengguncang seantero negeri. Padahal tindakan itu penuh risiko. Kematian sewaktu-waktu siap merenggut peluru dari ujung-ujung senapan balatentara penjajah sewaktu-waktu bisa mengoyak-ngoyak raga mereka. Jeruji besi telah menganga untuk memenjarakannya dan kapal-kapal perangtelah siaga pula untuk membuang mereka ke pulau-pulau terpencil di ujung negeri sebagaimanayang dialami oleh pemimpin mereka sebelumnya. Semua ancaman dan bahaya itu tidak menyurutkan semangat dan tekad mereka untukmerdeka. Satu Indonesia, itulah yang menjadi impian mereka. Mimpi itu tujuh belas tahun kemudianterwujud, dengan diproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Eksposisi 21Delapan puluh empat tahun lamanya, kumandang Sumpah Pemuda itu telah telah begitu lama itu memang layak disebut zaman baheula. Dibandingkan dengan erasekarang, peradaban pada waktu itu juga bisa dipandang sudah kolot. Kehidupannya masihsangat tradisional. Akan tetapi, apabila dilihat dari mentalitasnya, mereka jauh lebih tahu betul akan pentingnya eksistensi dan berartinya harga diri bangsa. Memang sangatlah layak apabila peristiwa yang sungguh-sungguh luar biasa itu selaludiperingati oleh kita pada era kekinian. Peringatan yang sejati tentu saja tidak sekadar barisdi lapangan terbuka, menengadah dan menghormati bendera, kemudian mengeja kembali teksSumpah Pemuda dengan suara lantang. Kegiatan upacara dan beragam kegiatan seremoniallainnya belum bisa menandingi peristiwa yang sesungguhnya terjadi pada masa itu. Begitu kontrasnya mentalitas anak-anak generasi kita sekarang dengan para pemuda erazaman baheula. Kebanggaan atas negeri dan bahasa sendiri begitu bergeloranya pada dada-dada mereka. Semangat itulah yang mengharu-biru sepanjang sejarah perjuangan bangsa ini,yang puncaknya ditandai dengan terkoyaknya rantai penjajahan yang membelenggu bangsaini selama ratusan tahun, pada 17 Agustus 1945. Itulah buah dari gelora untuk menjadi bangsabesar dan mandiri. Namun, mimpi agung itu kini semakin memudar, tergerus tipu daya dan peradaban bangsalain yang seolah-olah lebih kemilau. Gambaran bahwa negeri lain lebih indah dan bangsa lainlebih hebat itulah yang telah menjejali alam pikiran kita sekarang. Kita pada era kekinian justrulebih bangga menggunakan atribut-atribut asing. Bangga sekali ketika bisa makan dan minumbuatan orang luar ketimbang bandrek dan bajigur. Seolah-olah menjadi manusia paling modernketika sudah bisa cas-cis-cus berbahasa asing padahal yang diajak bicara adalah tetangga dariCiharupat atau Bojongkoneng. Kita sangat berbahagia pula ketika sudah akrab dengan lagubrang-breng-brong dari negeri seberang sana daripada lagu syahdu cianjuran ataupun pentaswayang golek. Bahasa, seni, dan hasil-hasil budaya dari bangsanya sendiri dianggap kolot, ketinggalanzaman. Bahkan, anugerah langsung dari Tuhan pun sering kali dicampakkan karena dianggaptidak ideal. Kulit sawo matang sebagai ciri khas lain dari bangsa ini harus memutih atau kuninglangsat. Hidung harus mancung, warna mata biru, rambut harus pirang atau kriwil-kriwil. Tidak sadarkah bahwa kita terlahir secara kodrati seperti itulah adanya. Darah dan dagingkita berasal dari saripati tanah dan air yang ada di bumi Indonesia. Sehari-harinya pun kitabergaul, bertegur sapa, dan hidup di tengah-tengah orang Indonesia. Akan tetapi, mengapakemudian kita lebih bangga dengan yang dimiliki oleh orang luar; dalam bergaul lebih memilihgaya hidup bangsa lain? Walaupun begitu fasih berbahasa asing, bergaya hidup sudah sepertibangsa luar, tidak akan menjadikan kita lebih hebat. Sampai kapan pun tetaplah kita akanmenjadi pecundang, yang berada di bawah ketiak dan kendali bangsa lain. Kita akan menjadi pemenang manakala kita bisa eksis dengan jati diri bangsa lain pun memandang hormat. Keadaan itu bisa menjadi kenyataan manakala kita bisamensyukuri semua anugerah Tuhan dan merasa bahagia atas potensi bangsa sendiri. Sekalipun peristiwa Sumpah Pemuda selalu kita peringati dari tahun ke tahun, makna dariperistiwa itu tidak akan berbekas. Mental baja yang ada pada pemuda-pemudi pada masa itutidak memberi dampak berarti kalau kemandirian ataupun kepercayaan diri bangsa tidak JENIS-JENIS TEKSKalau masih terus heboh begitu ada artis asing, memuja-muja pesepakbola negeri lain, danbersikap dingin terhadap orang Indonesia sendiri, berarti rasa nasionalisme kita berada padatitik terendah. Kalau dibandingkan dengan pemuda-pemudi era tahun 20-an itu, kepercayaandiri kita sedang ada masalah. Padahal, kalau merasa diri sebagai bangsa maju dan berperadabantinggi, harus semakin hebat pula mentalitas kita. Kenyataannya tidaklah demikian, generasibangsa ini sedang galau kalau begitu. Sungguh! Penulis, dosen pada Jurusan PendidikanBahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia. Teks di atas mengungkapkan sejumlah argumen seorang penulis tentang sikap generasimuda sekarang. Menurut penulis, generasi muda sekarang jauh berbeda dengan para pemudaangkatan 1928 yang dipandangnya memiliki nasionalisme yang tinggi dan bangga atas bangsadan negaranya. Secara umum, teks itu diawali dengan pengenalan isu dan pendapat umum penulis. Isu yangdimaksud adalah peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 sebagai bukti nyata besarnya rasa banggapemuda-pemudi masa lampau terhadap tanah air, bangsa, dan bahasanya. Juga menunjukkankuatnya rasa percaya diri mereka terhadap suatu negeri yang bernama “Indonesia”. Bagian inilazim disebut dengan tesis. Bagian berikutnya diisi dengan sejumlah argumen yang mendukung tesis di atas. Padabagian tersebut terkandung pula informasi faktual, serta bukti, gambaran, atau penjelasan yangmendukung tesis. Argumen dan fakta yang dikemukakan penulis dalam bagian ini, antara lain,sebagai Fakta1. Peristiwa heroik itu terjadi di dalam kondisi 1. Mereka berada di dalam belenggu danyang serba darurat, kritis; di tengah-tengah kebengisan bangsa bangsa lain. 2. Mimpi itu tujuh belas tahun kemudian2. Padahal tindakan itu penuh risiko. terwujud, dengan diproklamasikan ke­mer­­3. Desingan peluru dari ujung-ujung senapan dekaan Indonesia tanggal 17 Agustus penjajah sewaktu-waktu bisa 3. Delapan puluh empat tahun lamanya, ku­mengoyak-ngoyak raga mereka. mandang Sumpah Pemuda itu telah berlalu. Teks tersebut kemudian diakhiri dengan penegasan kembali terhadap tesis yang telahdiungkapkan di bagian awal. Pernyataan pada bagian ini lebih kuat dan langsung daripadapernyataan yang disampaikan dalam tesis. Dalam teks berjudul “Generasi Galau” di atas,penegasan yang dimaksud dinyatakan dalam paragraf berikut. …rasa nasionalisme kita berada pada titik terendah. Kalau dibandingkan dengan pemuda-pemuda era tahun 20-an itu, kepercayaan diri kita sedang ada masalah. Padahal, kalau merasadiri sebagai bangsa maju dan berperadaban tinggi, harus semakin hebat pula mentalitas tidaklah demikian, generasi bangsa ini sedang galau kalau begitu. Sungguh! Teks yang berkarakteristik itulah yang dimaksud dengan eksposisi. Istilah eskposisi berasaldari kata ekspos yang berarti memberitakan disertai dengan analisis dan penjelasan’. Adapunsebagai suatu teks, eksposisi dapat diartikan sebagai karangan yang menyampaikan argumentasidengan tujuan untuk meyakinkan orang lain. Dalam pengembangannya, teks eksposisi dapat Eksposisi 23menggunakan fakta, contoh-contoh, gagasan-gagasan penulisnya, ataupun pendapat-pendapatpara ahli. Bahkan, teks itu dapat dilengkapi dengan media-media visual, seperti tabel, grafik,peta, dan yang lainnya. Teks eksposisi mengemukakan suatu persoalan tertentu berdasarkan sudut pandang tersebut menyebabkan bahasan teks eksposisi cenderung subjektif. Hal itu sebagaimana yangtampak dalam contoh tulisan di atas. Penulis mengemukakan gagasan atau pendapat-pendapatpribadinya tentang sikap dan peran generasi muda sekarang yang menurutnya sudah jauh berbedadengan generasi muda pada masa silam. Pengertian eksposisi sebagai teks yang bersifat argumentatif tersebut berbeda dengan konsepteks eksposisi yang dikenal dalam beberapa literatur lainnya. Dalam literatur tersebut eksposisididefinisikan sebagai teks yang berupa paparan sama seperti halnya dengan teks laporan, teksprosedur, teks eksplanasi, teks berita, dan teks-teks jenis lainnya. Teks eksposisi sebagai paparanmerupakan definisi teks karangan berdasarkan tujuannya. Pendefinisian tersebut ditinjauberdasarkan karakteristik isinya. Di samping eksposisi, dikenal pula jenis karangan narasi,deskripsi, argumentasi, dan persuasi. Kelima jenis karangan tersebut dikelompokkan berdasarkantujuannya, yakni 1 karangan yang bertujuan untuk menceritakan-narasi, 2 bertujuan untukmenggambarkan-deskripsi, 3 bertujuan untuk memaparkan-eksposisi, 4 bertujuan untukmeyakinkan-argumentasi, dan 4 bertujuan untuk menyampaikan bujukan-persuasi. Adapun eksposisi sebagai suatu teks yang bersifat argumentatif merupakan pengategorianyang lebih berfokus pada struktur dan kaidah kebahasaannya. Oleh karena itu, jenisnya pun lebihbanyak dan ini terkait dengan pola pengembangan teks serta aspek kebahasaan suatuteks yang bisa sangat bervariatif yang mungkin dikembangkan oleh seseorang. B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Eksposisi1. Fungsi Teks Eksposisi Berdasarkan fungsi atau tujuan penyampaiannya, eksposisi tergolong ke dalam jenis teks yang argumentatif. Pembaca ataupun pendengarnya diharapkan mendapatkan pengertian ataupun kesadaran tertentu dari teks tersebut. Tidak sekadar pengetahuan ataupun wawasan baru, tetapi lebih dari itu, yakni berupa perubahan sikap atau sekurang-kurangnya berupa persetujuan atas pernyataan-pernyataan di dalam teks tersebut. Sebagaimana yang dicontohkan di atas bahwa teks yang berjudul “Generasi Galau” tersebut didominasi oleh sejumlah pendapat penulisnya. Begitu berhadapan dengan paragraf pertama, pembaca sudah disajikan suatu pendapat, yang dalam hal ini lazim disebut sebagai tesis. Berikutnya berupa rangkaian argumentasi penulis yang bertujuan memperkuat tesis yang disampaikan dan diakhiri dengan kesimpulan atau penegasan kembali. Dengan demikian, dari sejumlah argumentasi tersebut khalayak dapat pula membenarkan bahwa generasi muda sekarang memang sedang Struktur Teks Eksposisi Teks eksposisi dibentuk oleh tiga bagian, yakni sebagai berikut. a. Tesis, bagian yang memperkenalkan persoalan, isu, atau pendapat umum yang merangkum keseluruhan isi tulisan. Pendapat tersebut biasanya sudah menjadi kebenaran umum yang tidak terbantahkan lagi. 24 JENIS-JENIS TEKSb. Rangkaian argumen, yang berisi sejumlah pendapat dan fakta-fakta yang mendukung Kesimpulan, yang berisi penegasan kembali tesis yang diungkapkan pada bagian Teks Eksposisi Tesis Argumentasi I Rangkaian Argumentasi II Argumentasi Kesimpulan Argumentasi III3. Kaidah Teks Eksposisi Teks eksposisi merupakan teks yang menyajikan pendapat atau gagasan yang dilihat dari sudut pandang penulisnya dan berfungsi untuk meyakinkan pihak lain bahwa argumen- argumen yang disampaikannya itu benar dan berdasarkan fakta-fakta. Konsekuensinya, di dalam teks tersebut ada satu topik tertentu yang menjadi perhatian penulisnya, yang dikupas secara spesifik. Karena pendapat-pendapat itu berupa pandangan-pandangan penulisnya, di dalam teks eksposisi mungkin pula dijumpai ungkapan subjektif penulisnya, seperti sepertinya, saya anggap, saya duga, dimungkinkan, dan kata-kata sejenis lainnya. Namun, mungkin pula subjek penulis termasuk kata ganti persona lainnya disampaikan secara tersirat, yakni dengan mengubahnya ke dalam bentuk pasif, seperti dalam kalimat- kalimat berikut. a. Akan tetapi, apabila dilihat dari mentalitasnya, mereka jauh lebih modern. Mereka tahu betul akan pentingnya eksistensi dan berartinya harga diri bangsa. b. Dibandingkan dengan era sekarang, peradaban pada waktu itu juga bisa dipandang sudah kolot. c. Satu Indonesia, itulah yang menjadi impian mereka. Mimpi itu tujuh belas tahun kemudian terwujud, dengan diproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Kaidah kebahasaan lainnya dari teks eksposisi adalah sebagai berikut. a. Banyak menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif. Contoh 1 Itulah buah dari gelora untuk menjadi bangsa besar dan mandiri. 2 Akan tetapi, mengapa kemudian kita lebih bangga dengan yang dimiliki oleh orang luar; dalam bergaul lebih memilih gaya hidup bangsa lain? 3 Walaupun begitu fasih berbahasa asing, bergaya hidup sudah seperti bangsa luar, tidak akan menjadikan kita lebih hebat. 4 Sampai kapan pun tetaplah kita akan menjadi pecundang, yang berada di bawah ketiak dan kendali bangsa lain. Eksposisi 25b. Banyak menggunakan pernyataan yang menyatakan fakta untuk mendukung atau membuktikan kebenaran argumentasi penulis/penuturnya. Mungkin pula diperkuat oleh pendapat ahli yang dikutipnya ataupun pernyataan-pernyataan pendukung lainnya yang bersifat menguatkan. Dalam contoh di atas, kutipan tampak pada ikrar Sumpah Pemuda. c. Banyak menggunakan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau mengomentari. Contoh 1 Begitu kontrasnya mentalitas anak-anak generasi kita sekarang dengan para pemuda era zaman baheula. Kebanggaan atas negeri dan bahasa sendiri begitu bergeloranya pada dada-dada mereka. 2 Namun, mimpi agung itu kini semakin memudar, tergerus tipu daya, dan peradaban bangsa lain yang seolah-olah lebih kemilau. 3 Sekalipun peristiwa Sumpah Pemuda selalu kita peringati dari tahun ke tahun, makna dari peristiwa itu tidak akan berbekas. Mental baja yang ada pada pemuda- pemudi pada masa itu tidak memberi dampak berarti kalau kemandirian ataupun kepercayaan diri bangsa tidak kita pelihara. d. Banyak menggunakan istilah teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya. Topik contoh teks di atas adalah tentang generasi muda dan kebangsaan. Adapun istilah-istilah teknis yang terkait dengan topik itu, antara lain, Sumpah Pemuda, heroik, peradaban, proklamasi, tradisional, mentalitas, nasionalisme. e. Banyak menggunakan konjungsi yang berkaitan dengan sifat dari isi teks itu sendiri. Contoh teks di atas bersifat mempertentangkan atau mengontraskan, yakni antara generasi muda masa lalu dan generasi muda sekarang. Konjungsi-konjungsi yang digunakan adalah akan tetapi, namun, walaupun, padahal. f. Banyak menggunakan kata kerja mental. Hal ini terkait dengan karakteristik teks eksposisi yang bersifat argumentatif dan bertujuan mengemukakan sejumlah pendapat. Kata kerja yang dimaksud, antara lain, menyatakan, mengetahui, memuja, merasa, berbahagia, bersikap, membayangkan, dipandang, dianggap, menduga, diperkirakan. Contoh 1 Bahasa, seni, dan hasil-hasil budaya dari bangsanya sendiri dianggap kolot, ketinggalan zaman. 2 Kalau masih terus heboh begitu ada artis asing, memuja-muja pesepakbola negeri lain dan bersikap dingin terhadap orang Indonesia sendiri, berarti rasa nasionalisme kita berada pada titik terendah. 3 Kita sangat berbahagia pula ketika sudah akrab dengan lagu brang-breng-brong dari negeri seberang. 4 Dibandingkan dengan era sekarang, peradaban pada waktu itu juga bisa dipandang sudah kolot. 5 Mereka tahu betul akan pentingnya eksistensi dan berartinya harga diri bangsa. 6 Memang sangatlah layak apabila peristiwa yang sungguh-sungguh luar biasa itu selalu diperingati oleh kita pada era kekinian. 7 Padahal, kalau merasa diri sebagai bangsa maju dan beperadaban tinggi, harus semakin hebat pula mentalitas JENIS-JENIS TEKSPerhatikanlah pula teks eksposisi lainnya di bawah ini. Ironisme Sandal Jepit untuk Ketidakadilan Seorang remaja berinisial AAL, gara-gara mencuri sandal, ia harus dimejahijaukan,kemudian divonis bersalah. Masyarakat memandang bahwa aparat penegak hukum sudahketerlaluan, berlaku sistem tebang pilih. Kasus hukum yang ecek-ecek diperkarakan,sementara masih banyak kejahatan serius yang dipandang sebelah mata. Koruptor yangmenggasak uang negara miliaran, bahkan triliunan rupiah, dibiarkan melenggang bebas,tidak diotak-atik, tanpa tersentuh hukum. Polisi dan jaksa disibukkan oleh kasus-kasus sepele, seakan-akan tidak ada kasuslain yang jauh lebih urgen. Kasus pencurian sandal butut dan uang yang hanya seribuperak, sebenarnya bisa diselesaikan dengan jalan musyawarah. Logikanya kalau segalakenakalan remaja itu diperkarakan, penjara akan penuh dengan manusia-manusia jadi nanti semacam kasus nyolong permen kena penjara, menghilangkan bukuperpustakaan dibui, mematahkan pagar bambu balai kelurahan didakwa, menginjak sepatutentara disidangkan. Cara kerja mereka seperti dipandang tidak punya arti apa pun bagi kepentingannegara dan rakyat secara luas. Perlakuan itu hanya memenuhi syahwat dan arogansi parapenguasa. Padahal keberadaan aparat penegak hukum adalah untuk menjadikan negaradan rakyatnya memperoleh rasa aman dan sejahtera. Sementara itu, keamanan dankesejahteraan di mana-mana sedang dikuasai oleh mafia-mafia dan para koruptor. Hampirsetiap waktu masyarakat mengeluhkan fasilitas umum yang rusak, pelayanan publik yangtidak profesional dan sarat pungli, serta sistem peradilan yang memihak. Persoalan-persoalan itulah yang seharusnya menjadi perkara utama aparat penegakhukum. Hal ini karena negara telah mengeluarkan dana sangat besar untuk belanja berbagaisarana dan fasilitas umum; menggaji jutaan pegawai. Namun, kinerja mereka sangat jauhdari harapan. Harapan rakyat, keberadaan para pengadil itu bukan untuk mengurus perkara yangecek-ecek. Mencuri tetap merupakan perbuatan salah. Akan tetapi, mereka haruslahmemiliki prioritas dan nurani. Kasus-kasus berkelas kakap semestinya menjadi sasaranutama. Korupsi besar-besaran diindikasikan hampir terjadi di setiap instansi, tetapi yangterjadi kemudian hanya satu-dua kasus yang terungkap. Itu pun ketika sampai di mejapengadilan banyak yang lolos, tidak masuk bui. Aparat penegak hukum beraninya terhadap kaum sandal jepit, orang-orang miskinpapa. Namun, mereka loyo ketika berhadapan dengan perkara para penguasa dan orang-orang kaya. Dalam perhitungan ilmu ekonomi, apa yang mereka perbuat, jauh dariharapan untuk bisa break event point antara pemasukan dengan pengeluaran masih sangattimpang. Rakyat akhirnya tekor. Mereka dihidupi dan dibiayai dengan “modal” mereka bisa membayarnya dengan kejujuran dan kerja keras, yakni denganmemenjarakan penjahat-penjahat kelas kakap sehingga uang negara, yang mereka gasakitu bisa dikembalikan. Kesejahteraan dan keamanan negara pun bisa diwujudkan. Eksposisi 27Namun, harapan tinggallah kenangan. Sudah belasan tahun berlalu, sejak reformasi bergulir pada tahun 2008, harapan itu belum juga menjadi kenyataan. Ketidakadilan bahkan semakin mewabah di berbagai lini kehidupan. Korupsi tetap mewabah di mana- mana. Rakyat kian termarginalkan. Dibuai janji-janji manis alam demokrasi, seolah-olah rakyat punya kuasa, padahal semuanya semu. Ketika mereka menyuarakan hak-haknya atau melaporkan bentuk-bentuk ketidakadilan yang dialaminya baik itu dari pihak penguasa maupun orang-orang kaya, mereka malah terkerangkeng oleh tuduhan penc­ e­maran nama baik. Begitu giliran rakyat berbuat salah walaupun secuil, pengadilan dan hukuman penjara dengan enteng saja segera mereka dapatkan. Rakyat, sebagai pemilik sah negeri ini, tentu saja menjadi frustrasi. Entah bagaimana caranya untuk menumpahkan kekecewaan itu. Mengadu kepada anggota dewan pun sering kali rontok di tengah jalan aspirasi rakyat sekadar ditampung, penindaklanjutannya perkara belakangan. Berbagai pengaduan jarang membuahkan hasil karena mereka sudah terlena dengan berbagai fasilitas dan kemewahan. Kemudian, muncullah inisiatif untuk memberikan “sumbangan rasa simpati” berupa sandal jepit, sebagai bentuk sindiran atas tindakan para pengadil yang mengada-ada alias kurang kerjaan itu. Tindakan “utang sandal dibayar sandal” dalam kasus AAL memiliki makna sindiran. Tindakan tersebut berarti segala perbuatan salah harus dibayar dengan setimpal, sesuai dengan bentuk kejahatannya. Dalam tata kehidupan masyarakat tempo dulu, cara-cara tersebut bisa dianggap wajar dan masuk akal. Namun, dalam kehidupan masyarakat modern, yakni ketika sistem sosial budayanya sudah tertata dengan baik, cara penghukuman harus pula mempertimbangkan hati nurani, motif, dan aspek-aspek lainnya. Sayangnya, dalam masyarakat modern pun, tata laksana hukum itu ternyata tidak serta merta berjalan dengan baik. Ketika hukum tidak berjalan dengan semestinya, pada akhirnya masyarakat tidak akan mempercayai negara sebagai penyelenggara hukum yang kredibel. Masyarakat membuat tindakan penghukuman dengan caranya sendiri. Masyarakat menggugat terhadap ketidakadilan aparat penegak hukum, antara lain, dalam bentuk sindiran itulah. Tindakan masyarakat seperti itu dalam ilmu bahasa disebut dengan ironi, yakni pernyataan, tindakan, atau keadaan yang bertentangan dengan maksud yang sesungguhnya. Masyarakat memberikan “kado istimewa” atas kinerja aparat penegak hukum, berupa sandal dan uang recehan. Dengan tindakan itu bukan berarti masyarakat memiliki rasa kasihan ataupun ingin membantu. Akan tetapi, tindakan itu mengandung makna sebaliknya, yakni sikap tidak suka. “Kalau Anda begitu sayang terhadap sandal jepit atau uang seribuan sehingga begitu teganya Anda menghukum orang, biarlah kami kasih Anda jauh lebih banyak dari itu!” Begitulah kira-kira pesan yang terkandung di dalam pemberian sandal jepit dan uang recehan itu. Sindir-menyindir lazim pula terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan tersebut dilakukan ketika seseorang melakukan kritik secara tidak langsung kepada pihak lain. Ketika seorang siswa datang terlambat, gurunya sering kali menyampaikan sindirian, “Pagi-pagi benar kamu datang ke sekolah, apa tidak sekalian saja nanti ketika orang lain sudah bubar?” Seorang suami menyindir sang istri setelah melihat rumahnya berantakan, “Wah, rapi sekali rumah kita, ya, Mah. Pasti kecoa dan tikus-tikus bakal betah juga tinggal di sini!” Pernyataan-pernyataan itu sebenarnya menyatakan maksud yang JENIS-JENIS TEKSDengan maksud yang sama, cara tersebut dilakukan pula oleh masyarakat dengan pe­ nyerahan ratusan sandal jepit. Mereka menyindir aparat penegak hukum atas tindakannya yang berlebihan itu, supaya mereka nyadar. Namun, karena ironisme merupakan sindiran yang bersifat tidak langsung, bisa jadi orang yang ditujunya tidak merasa sedang dikritik. Siswa yang disindir gurunya itu, boleh jadi malah nyengir atau sang istri itu pun menjadi bangga, ia berpikir dipuji suaminya. Padahal bagi orang yang punya rasa, mendapat sindiran seperti itu tentunya bakal tersinggung, setidaknya menyadari akan kesalahannya. Menyindir dengan gaya ironisme memang tampak halus karena dilakukan secara tidak langsung, tidak vulgar, tidak pula kasar. Namun, sindiran itu sebenarnya sangat tajam dan menghinakan. Bagaimana tidak, seseorang yang sesungguhnya tidak perlu-perlu amat dengan sandal jepit karena memang ia berkecukupan, kemudian mendapat sumbangan sandal jepit. Harusnya ia merasa terhina karena memang malu-maluin, seolah-olah ia orang yang miskin papa’. Seseorang yang sebenarnya kaya, kemudian diberi uang recehan. Tentu saja orang itu harusnya merasa tersinggung. Menggugat kesewenang-wenangan aparat ataupun penguasa dengan gaya ironisme tidak selalu bisa dilakukan. Hanya kasus tertentu yang mudah disindir seperti itu. Misalnya, polisi yang memenjarakan seseorang yang mencuri anak ayam, tentunya sulit untuk disindir dengan pengumpulan anak ayam lagi. Kalaupun dipaksakan, yang repot adalah pihak pengumpulnya. Ia harus memberi makan, membuat kandang, dan urusan- urusan lainnya. Yang pasti bahwa dalam kasus sandal jepit dan uang recehan, ko­notasinya sangat pas. Kedua benda tersebut merupakan simbol perjuangan rakyat miskin atau mereka yang termarginalkan. Harusnya aparatur negara, khususnya para penegak hukum, merasa malu dengan memperoleh persembahan barang-barang seperti itu. Namun, kalaulah nuraninya sudah begitu haus kekayaan dan tertutup dengan arogansi kekuasaan, tidak ada dalam kamusnya untuk menjadi malu. Begitu mendapat “hadiah” ratusan sandal, boleh jadi mereka malah senang Lumayan tuk pergi ke kamar mandi! Begitu mendapat “sumbangan” uang recehan, senang juga karena bisa mengisi kotak amal masjid! Begitulah “nasib” si muka badak, jangankan disindir-sindir atau diteriaki. Dimaki-maki juga sepertinya tidak bakal berubah. Kecuali langit sudah runtuh, barulah mereka bisa bilang innalilah! Dokumentasi penulis*** Teks di atas mengungkapkan pendapat penulisnya tentang ketidakadilan hukum yangterjadi di negeri ini. Tulisan itu diawali sajian tesis tentang pandangan masyarakat terhadapperistiwa hukum yang terjadi di Indonesia, yakni berupa vonis yang menimpa seorang pencurisandal jepit. Peristiwa itu kemudian menjadi dasar bagi argumen penulis bahwa telah terjadiketidakadilan hukum. Argumen tersebut kemudian diperkuat oleh argumen-argumen lainnyadan ditunjang pula oleh sejumlah fakta. Tulisan itu pun diakhiri dengan penegasan kembali bahwa sandal jepit merupakan simbolrakyat kecil dalam memperjuangkan hak-haknya, melawan ketidakadilan yang menimpadirinya, walaupun perjuangan itu sering kali tidak membuahkan hasil karena sedemikianbebalnya pihak-pihak yang mereka lawan itu. Berdasarkan kaidah-kaidah kebahasaannya, teks tersebut memiliki karakteristik sebagaiberikut. Eksposisi 291. Menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif. Contoh a. Harusnya ia merasa terhina karena memang malu-maluin, seolah-olah ia orang yang miskin papa’. b. Persoalan-persoalan itulah yang seharusnya menjadi perkara utama aparat penegak hukum. 2. Menyampaikan pernyataan yang bersifat menilai. Contoh a. Kasus hukum yang ecek-ecek diperkarakan, sementara masih banyak kejahatan serius yang dipandang sebelah mata. b. Namun, harapan tinggallah kenangan. Sudah belasan tahun berlalu, sejak reformasi bergulir pada tahun 2008, harapan itu belum juga menjadi kenyataan. Ketidakadilan bahkan semakin mewabah di berbagai lini kehidupan. Korupsi tetap mewabah di mana-mana. Rakyat kian termarginalkan. Dibuai janji-janji manis alam demokrasi, seolah-olah rakyat punya kuasa, padahal semuanya semu. 3. Menggunakan fakta untuk menguatkan argumentasi. Contoh Seorang remaja berinisial AAL, gara-gara mencuri sandal, ia harus dimejahijaukan, kemudian divonis bersalah. 4. Menggunakan istilah-istilah teknis. Karena berkaitan dengan topik hukum, istilah- istilah teknis yang digunakan antara lain, vonis, penegak hukum, kasus hukum, koruptor, mafia. 5. Banyaknya penggunaan kata kerja mental, seperti memandang, dip­ erk­ irakan, dianggap, mempercayai, menyindir, menyatakan, tersinggung, merasa malu. C Perbandingan Teks Ekpsosisi1. Teks Eksposisi dengan Teks Eksposisi Lainnya Teks eksposisi mudah kita temukan di berbagai media surat kabar. Wujudnya bisa berupa berita ataupun artikel, esai, editorial. Dalam bentuk lisan, mudah pula dijumpai dalam acara-acara debat atau berbentuk komentar-komentar. Apabila dicermati secara lebih mendalam, walapun masih sejenis, teks-teks itu memiliki beberapa perbedaan di samping persamaan-persamaannya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kedua teks di bawah ini. Teks I Begini Aktifnya Otak Saat Kita Membaca Jika Anda hobi membaca tentu membaca sebuah novel yang disukai adalah hal yang menyenangkan. Apalagi dengan menyelami isi cerita sehingga membuat otak menjadi hidup dengan terbawa emosi dan bahkan mengaktifkan indra. Dilansir dari laman Fitnea, para peneliti menemukan bahwa penggamb­ aran visual terjadi secara mampu mengidentifikasi penggambaran objek lebih 30 JENIS-JENIS TEKScepat jika mereka hanya membaca kalimat yang menggambarkan objek secara visual. Dengan begitu, ketika membaca kalimat, Anda secara otomatis memunculkan gambar objek dalam pikiran Anda. Selain itu, setiap kata yang diucapkan membuat otak bekerja. Penelitian telah menunjukkan bahwa tindakan mendengarkan cerita dapat menghidupkan otak. Ketika Anda menceritakan sebuah cerita, tidak hanya bagian pengolahan bahasa otak Anda yang aktif, tapi bagian pengalaman otak Anda menjadi hidup juga. Bila Anda mendengar tentang makanan, korteks sensorik Anda akan terangsang, sementara gerakan mengaktifkan korteks yang bertanggung jawab atas tindakan. Anda bisa mendengarkan cerita panjang teman Anda yang membosankan tentang liburannya atau mendengarkan buku audio untuk melatih otak Anda menjadi lebih baik Republika, 26 November 2013Teks II Analisa Otak, Peneliti Ungkap Alasan Albert Einstein Jenius Albert Einstein, ilmuwan fisika dan penemu teori relativitas ini, dipandang sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dilansir News Max Health, Rabu 9/10/2013, dari otak Einstein yang diambil tujuh jam setelah kematiannya pada tahun 1955, ditemukan bahwa belahan bagian kiri dan kanannya terhubung dengan sangat baik. Sesuai dengan temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Brain, otak kedua sisi otak Einstein bersinergi dengan baik satu sama lain. “Studi kali ini dilakukan lebih detail, kami benar-benar mencoba untuk meneliti bagian dalam otak Einstein. Penelitian ini menyediakan informasi baru untuk membantu kita memahami secara lengkap permukaan otak Einstein,” ujar penulis studi, Dean Falk, seorang antropolog evolusi di Florida State University, AS. Pemimpin peneliti, Weiwei Men, dari East China Normal University, juga mengungkapkan telah mengembangkan teknik analisis otak terbaru dalam studi ini. Ia mengatakan telah memeriksa bagian corpus callosum pada otak Einstein, yaitu bagian terbesar dari serat otak yang menghubungkan dua sisi belahan. Untuk penelitian ini, Weiwei menggunakan foto resolusi tinggi dari otak Einstein yang telah diterbitkan oleh Falk pada tahun 2012. Teknik Weiwei mengungkapkan adanya variasi ketebalan dari bagian corpus callosum pada otak Einstein, di mana serabut saraf yang ada memungkinkan aktivitas otak menyeberang’ secara sempurna dari satu belahan ke belahan otak yang lain. Ketebalan ini menunjukkan jumlah saraf yang melintas di daerah tertentu. Para peneliti kemudian membandingkan otak Einstein dengan 15 pria tua dan 52 pria muda. Dari hasil perbandingan ini ditemukan bahwa Einstein memiliki hubungan yang lebih luas pada bagian-bagian tertentu dari belahan otaknya, jika dibandingkan dengan otak seluruh responden. Inilah sebabnya hingga saat ini Einstein masih dianggap sebagai seseorang yang jenius dan belum ada yang bisa menyamainya. detikcom, 9 Oktober 2013. Kedua teks di atas sama-sama berjenis eksposisi. Keduanya membahas tentang otak. Keduateks tersebut memanfaatkan hasil penelitian untuk memperkuat pembahasan itu. Di dalamnyamenggunakan banyak pendapat, bahkan mengutip sumber tertentu untuk menguatkanargumen-argumen penulisnya. Eksposisi 31Persamaan lainnya, tampak pada kedua teks tersebut yang didominasi dengan kata kerja mental, seperti membaca, mendengarkan, mengidentifikasi, melatih, mengungkapkan, membedakan, meneliti, membosankan, menyen­ angkan. Kata-kata teknis juga bayak dijumpai di dalamnya, seperti korteks sensorik, buku audio, jurnal, antropologi evolusi, corpus callosum, responden, foto resolusi. Adapun perbedaannya, pembahasan teks I difokuskan pada kerja otak ketika membaca. Sementara itu, teks II lebih membahas tentang penyebab kecerdasanAlbert Einstein. Perbedaan lainnya tampak pada gaya penyampaiannya. Teks I langsung menyapa pembacanya dengan kata ganti Anda, sedangkan teks II lebih netral, tidak tertuju pada pembacanya secara jelas. Berdasarkan pola pengembangannya, teks I disusun dengan pola kausalitas. Hal itu tampak dari konjungsi korelatif… jika,… maka yang digunakan di dalamnya beberapa kali. Adapun teks II lebih banyak menggunakan pola perbandingan yang dipadukan dengan pola kronologis. Hal itu sebagaimana yang tampak pada konjungsi pada penggunaan konjungsi kemudian dan ungkapan-ungkapan perbandingan. Bagaimana halnya dengan perbandingan kedua teks di bawah ini? Teks I Siswa SMK bisa membuat mobil dan pesawat terbang! Berita-berita itu beberapa minggu terakhir menjadi headline banyak media massa nasional, baik cetak maupun elektronik. Sangat luar biasa memang di tengah-tengah pemberitaan yang lebih banyak menyoroti masalah tawuran para pelajar dan aneka perbuatan onar lainnya. Bahkan, seminar-seminar juga banyak membahas tingkah mereka dari sisi kenakalannya. Kemampuan para siswa SMK yang mampu membuat mobil telah membuat banyak orang terpesona. Para pejabat berlomba mengajukan pesanan untuk menunjukkan rasa peduli terhadap prestasi mereka dan juga cinta terhadap produk dalam negeri. Berbagai pujian dan decak kagum pun mengalir dari berbagai lapisan masyarakat. Kok bisa siswa SMK membuat karya yang prestisius seperti itu? Wajar apabila banyak kalangan terkagum-kagum. Membuat mobil memang masih dianggap prestasi yang sangat prestisius, mengingat di negeri ini untuk membuat karya sederhana saja seperti tabung gas masih mengandalkan kemampuan orang luar. Pemerintah masih harus mengimpor. Juga bagaimana tidak kagum, pemerintah sendiri yang punya kekuatan modal, kebijakan, dan memiliki banyak ahli, masih belum berhasil tergelar di meja wacana saja, realisasinya entah miring kemudian beralih pada pihak-pihak yang seharusnya lebih mumpuni di bidang itu. BPPT merupakan salah satu pihak yang kena imbasnya. Menurut beberapa kalangan, justru BPPT-lah yang seharusnya menjadi motor penggerak bagi kebangkitan industri mobil nasional. Perguruan tinggi yang membuka jurusan teknik mesin/otomotif juga tak luput dari rasa penyesalan itu. Masyarakat berpandangan bahwa lulusan perguruan tinggi justru lebih jago ketimbang siswa SMK. Harapannya, merekalah yang terdepan dalam melahirkan karya-karya inovatif. Karya prestisius anak bangsa itu seharusnya dari tangan-tangan mereka yang dari segi pendidikan jauh lebih tinggi, tetapi nyatanya siswa SMK-lah yang lebih JENIS-JENIS TEKSMemang, dalam berkarya pada akhirnya tidak bisa memandang status ataupun tingkat pendidikan. Siapa pun yang punya kemauan, bekerja keras, dan memiliki kreativitas tinggi, itulah yang berhak meraih prestasi. Tidak terkecuali remaja-remaja yang masih berpendidikan SMK itu, dari segi usia tentu saja tergolong sangat muda, berkisar 16- 17 tahun, dari segi pengetahuan pun masih mendasar. Mereka intensif memperoleh pengetahuan tentang keotomotifan tidak kurang dari 1-2 tahun. Akan tetapi, mereka berhasil membuat suatu karya yang mengagumkan masyarakat luas. Tentu saja tidaklah adil apabila karya mereka dibandingkan dengan produk-produk Eropa ataupun Jepang yang telah lebih dulu ada. Produk mereka menggunakan teknologi mutakhir dengan sumber daya yang jauh berpengalaman dan dari berbagai keahlian. Modal mereka pun berlipat-lipat untuk bisa memproduksi mobil yang berkualitas tangguh. Namun, apabila dilihat dari berbagai keterbatasannya, pujian dan kekaguman lebih pantas dialamatkan pada mereka. Tidak semata-mata pada produknya-kalaulah memang masih banyak kekurangan-acungan jempol lebih pantas lagi dialamatkan pada pola pendidikan yang diterapkan di SMK tersebut. Guru-guru dan jajarannya berhasil mengantar siswa-siswa mereka di gerbang prestasi nasional. Di tengah-tengah kemuraman dunia pendidikan di Tanah Air, mereka berhasil mengukir prestasi. Keterbatasan fasilitas belajar dan carut-marutnya sistem pendidikan nasional, ternyata tidaklah menjadi kendala berarti bagi SMK yang bersangkutan untuk bisa mencetak siswa-siswa berprestasi. Banyak pejabat daerah, bahkan anggota dewan, tampak berlomba-lomba ingin menunjukkan perhatian terhadap prestasi mereka. Itulah hal yang diberitakan banyak media akhir-akhir ini. Namun, sayangnya sangat kurang pemberitaan yang menyoroti pola pendidikan yang diterapkan di SMK tersebut selama ini. Seberapa besar pula biaya yang dipungut sekolah pada para siswanya? Masyarakat tentunya sangat penasaran dengan semua itu. Penularan pola pendidikan yang berlaku di sana sangat penting agar terjadi penyebaran prestasi dan kreativitas. Kalau toh kurikulumnya sama, fasilitas dan kompetensi gurunya juga tidak jauh berbeda, seharusnya prestasi seperti itu muncul juga dari sekolah-sekolah menengah atas SLTA lainnya Sumber dokumen penulis.Teks II Dalam beberapa hari terakhir demonstrasi penolakan atas renc­ ana pemerintah untuk menaikkan harga BBM marak di berbagai pelosok tanah air. Tidak hanya teriakan untuk meminta pemerintah mengur­ungkan rencananya itu, demonstrasi tersebut disertai pula dengan perusakan fasilitas umum, kendaraan pribadi, bahkan beberapa di antaranya berupa penyerangan fisik terhadap aparat. Menanggapi peristiwa-peristiwa semacam itu, beberapa pihak menyatakan bahwa penyebab demonstrasi dan anarkisme tidak lain adalah faktor laparnya masyarakat dan pengangguran. Lantas, seorang pengamat mencontohkan rakyat Malaysia dan Brunei yang adem ayem, tanpa sering berdemonstrasi apalagi melakukan anarkisme, lantaran kesejahteraan mereka terpenuhi. Pendapat tersebut tentu saja bertentangan dengan pendapat para demonstran itu sendiri. Mereka tidak berterima dan tidak merasa me­miliki motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwa demonstrasi yang biasa mereka lakukan murni untuk memperjuangkan kebenaran dan melawan kemungkaran yang terjadi di hadapannya. Eksposisi 33Persoalannya kemudian, pendapat manakah yang benar? Barangkali logika sang pengamat dikaitkan dengan kebiasaan bayi atau anak kecil yang memang begitu adanya. Kalau seorang bayi merasa lapar, ia akan ngamuk menangis dan meronta-ronta. Namun, apabila logika itu dibawa pada konteks yang lebih luas, jelaslah tidak relevan, misalnya membandingkan dengan kondisi rakyat di Malaysia ataupun Brunei yang adem-ayem, tidak seperti halnya rakyat Indonesia yang gampangan. Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyak peristiwa yang sama sekali tidak didasari oleh motif itu. Dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapa tingkatan. Kebutuhan yang paling mendasar adalah makan dan minum. Sementara itu, yang paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Menurut hemat penulis, demonstrasi massa justru lebih didasari oleh kebutuhan tingkatan akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkan pengakuan dari pemerintah ataupun pihak-pihak lain berkenaan hak-hak dan eksistensi mereka. Karena merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkan dinistakan, kemudian mereka berusaha untuk menunjukkan jati dirinya dengan berdemonstrasi. Banyak fakta untuk membuktikannya. Demonstrasi yang dilakukan massa anti kenaikan BBM pada umumnya adalah para mahasiswa, termasuk demonstrasi besar- besaran pada awal-awal reformasi di negeri ini pada tahun 1997-1998. Mereka tentu bukan dari kalangan rakyat miskin ataupun orang-orang lapar. Justru hal itu dilakukan oleh warga dari kalangan menengah ke atas, dalam hal ini adalah mahasiswa dan golongan intelektual. Belum lagi kalau merujuk pada kasus-kasus yang terjadi di luar negeri. Dalam beragam skala besar atau kecil, demonstrasi bukan hal aneh lagi di negara-negara Eropa. Demonstrasi yang mereka lakukan sudah barang tentu tidak didorong oleh kondisi perut yang lapar karena mereka pada umumnya dalam kondisi yang sangat makmur. Perbandingan yang cukup kontras dengan melihat peristiwa terbaru di Korea Utara. Kondisi sosial ekonomi warga negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum hampir melanda di seluruh pelosok negeri. Akan tetapi, ketika Kim Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik di negerinya. Padahal peluang untuk itu lebih terbuka. Justru yang terjadi kemudian, hampir seluruh warganya menunduk khidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat. Juga apabila kembali melihat kondisi warga di negeri ini. Kemiskinan sangat akrab di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi hanya satu-dua peristiwa. Justru yang jauh lebih getol melakukan hal itu adalah warga yang tinggal di pusat-pusat kota, yang secara umum mereka lebih makmur. Dengan fakta-fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama untuk terjadinya gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut lebih disebabkan oleh kemampuan berpikir kritis dari warga masyarakat. Karena tahu akan hak- haknya, mengerti pula bahwa di sekitarnya telah terjadi pelanggaran dan kesewenang- wenangan, mereka kemudian melakukan protes dan sejumlah tuntutan. Apabila faktor- faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apa pun yang terjadi di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung manggut-manggut, manut, berkata “ya” pada apa pun tindakan dari pimpinannya. Sumber dokumentasi penulis.34 JENIS-JENIS TEKS2. Perbandingan Teks Eksposisi dengan Teks Prosedur Kompleks Kedua jenis teks tersebut tergolong ke dalam genre faktual. Keduanya memerlukan fakta. Keberadaan fakta pada kedua jenis teks tersebut berfungsi untuk menguatkan atau meyakinkan pembaca/pendengar. Contoh a. Perlu ada pembuatan saluran irigasi yang bisa mengalirkan air ke sawah-sawah warga sekitar. Hal ini karena ratusan hektare sawah mereka hampir kekeringan teks eksposisi, fakta. b. Cobalah bicara baik-baik dengan orang tuamu, berikanlah penjelasan sehingga mereka menjadi tahu dan mengerti akar permasalahannya. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan para pakar komunikasi, ternyata cara seperti itu efektif dalam menyelesaikan masalah seperti yang kamu alami itu. prosedur kompleks, fakta. Persamaan lainnya bahwa di dalam kedua jenis teks tersebut memungkinkan penggunaan kalimat-kalimat imperatif, yakni kalimat yang mendorong atau meminta seseorang untuk berbuat sesuatu. Hanya saja dorongan perintah dalam teks eksposisi tidak tersusun secara sistematis sebagaimana yang terdapat dalam teks prosedur kompleks. Contoh a. Namun, apabila dilihat dari berbagai keterbatasannya, pujian dan kekaguman lebih pantas dialamatkan pada mereka. Tidak semata-mata pada produknya-kalaulah memang masih banyak kekurangan-acungan jempol lebih pantas lagi dialamatkan pada pola pendidikan yang diterapakan di SMK tersebut. Guru-guru dan jajarannya berhasil mengantar siswa- siswa mereka di gerbang prestasi nasional. dorongan untuk memberikan pujian kepada sekolah dan guru-guru pada teks eksposisi. b. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar yang lebih pandai ini bisa membantu menjelaskan materi pelajaran kepada teman-temannya yang lain. Mengajari teman lain tentang materi yang baru diulang bisa membuatmu selalu ingat akan materi tersebut. Kamu pun akan menjadi lebih paham akan materi tersebut. dorongan untuk mengajak teman yang pandai dan rajin dalam belajar berkelompok pada teks prosedur kompleks Perhatikan pula penggalan teks berikut! Untuk memperkuat dunia pendidikan dalam proses perubahan baca reformasi, diperlukan informasi internal dunia pendidikan itu sendiri. Namun, untuk itu tidaklah mudah. Hal ini karena dunia pendidikan memiliki kompleksitas tersendiri. Dunia pendidikan tentu tidak semata-mata menyangkut pendidikan formal, tetapi juga nonformal yang kedua- duanya sangat penting dalam character building. Begitu pula dunia pendidikan, tidak semata pendidikan tinggi, tetapi juga pendidikan dasar dan menengah, dengan berbagai bentuk cukup untuk mengkaji seluruh kompleksitas pendidikan itu sehingga gagasan reformasi pendidikan dalam tulisan ini hanya dibatasi pada pendidikan formal. Dalam reformasi pendidikan formal, sentuhan reformasi tidak mungkin hanya pada pendidikan tinggi, tetapi juga pendidikan dasar dan menengah. Ini terjadi karena antarjenjang pendidikan formal tersebut memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Jadi, jelas Eksposisi 35output pendidikan dasar merupakan input bagi pendidikan menengah. Juga selanjutnya,output pendidikan menengah merupakan input bagi pendidikan tinggi. Mengingatketerkaitan inilah kita sampai pada kesimpulan bahwa reformasi untuk dunia pendidikanharuslah bersifat total Soleh Solahuddin, “Úrgensi Reformasi Pendidikan”. Penggalan teks membahas tentang perlunya reformasi di bidang pendidikan. Padabeberapa bagian ada kesamaan pula dengan teks prosedur kompleks, yakni adanya pernyataanyang berupa arahan, ajakan, ataupun bujukan. Namun, teks tersebut tidak dapat dikategorikansebagai teks prosedur kompleks. Teks tersebut termasuk ke dalam jenis eksposisi denganbentuk esai. Kalimat-kalimatnya banyak yang berupa pendapat dan tidak pula disusun secarasistematis, melainkan muncul hanya pada beberapa bagian dan tidak berupa urutan kegiatanseperti halnya pada teks prosedur kompleks. Perbandingan Teks Prosedur dengan Teks Eksposisi Aspek Jenis TeksPersamaanPerbedaan Teks Prosedur Teks Eksposisi • Memerlukan fakta-fakta • Mengandung arahan, ajakan, bujukan. Terdapat perincian langkah-langkah se­ Lebih banyak berupa pendapat. cara sistematis; berupa kalimat perintah. D Menulis Teks Eksposisi Sebagaimana yang telah dipaparkan terdahulu bahwa teks eksposisi adalah teks yangbersifat argumentatif. Di dalamnya dikemukakan sejumlah argumen dan diperkuat pula olehfakta-fakta sehingga bisa meyakinkan eksposisi banyak menggunakan fakta danargumentasi-argumentasi berdasarkan pendirian dan sudut pandang penulis ataupun wawasan, kuatnya pendirian, serta keyakinan akan kebenaran atas topik yang akankita kemukakan sangatlah utama dalam teks eksposisi. Kita harus menyiapkan berbagai sumberuntuk bisa mengembangkan topik yang dipilih secara mendalam. Dengan demikian, khalayakdiharapkan dapat memperoleh pencerahan, keyakinan, bahkan dapat terbujuk untuk melakukansesuatu yang kita harapkan dalam teks tersebut. Berdasarkan hal itu, langkah penulisan teks eksposisi adalah sebagai Menentukan topik, yakni suatu hal yang memerlukan pemecahan masalah atau sesuatu yang mengandung problematika di masyarakat. Hal itu, mungkin berkenaan dengan masalah sosial, budaya, pendidikan, agama, bahasa, sastra, politik. Contoh 1 kehidupan anak-anak jalanan di ibu kota besar; 2 perubahan perilaku masyarakat pedesaan oleh faktor media massa; 3 pendidikan bagi anak-anak terlantar; 4 perkawinan beda agama;36 JENIS-JENIS TEKS5 ragam bahasa anak baru gede; 6 sastra lisan dari kawasan Indonesia timur; 7 pemilihan kepala daerah secara langsung atau melalui Mengumpulkan bahan dan data untuk memperkuat argumen, baik dengan membaca-baca surat kabar, majalah, buku, ataupun internet. Data itu dapat diperoleh melalui pengamatan ke lapangan atau dengan melakukan wawancara. Misalnya, untuk menulis teks bertopik kehidupan anak-anak jalanan. Kita harus 1 membaca-baca buku, artikel, berita tentang kondisi dan karakteristik anak-anak jalanan; 2 mengobservasi/penelitian terhadap perilaku anak-anak jalanan; atau 3 melakukan wawancara dengan pihak pemerintah, warga masyarakat, atau bahkan dengan para anak jalanan itu Membuat kerangka tulisan berkenaan dengan topik yang akan kita tulis, yang mencakup tesis, argumen, dan penegasan kesimpulan. Langkah ini penting agar tulisan kita itu tersusun secara lebih sistematis, lengkap, dan tidak tumpang Mengembangkan tulisan sesuai dengan kerangka yang telah kita buat. Argumentasi dan fakta yang telah dikumpulkan, kita masukkan ke dalam tulisan itu secara padu sehingga teks itu bisa meyakinkan khalayak. Pada akhir kegiatan, lakukanlah evaluasi dan penyuntingan terhadap teks yang telah kita susuntersebut, baik berkenaan dengan isi, struktur, ataupun kaidah bahasanya. Kita dapat mengajukanpertanyaan-pertanyaan berikut sebagai Apakah judulnya menarik?b. Apakah judulnya sesuai dengan isi teks?c. Apakah isi teks itu jelas?d. Apakah fakta yang dikemukakannya lengkap?e. Apakah argumentasinya benar?f. Apakah paparannya itu bermanfaat?g. Apakah bagian-bagiannya tersusun secara lengkap?h. Apakah kalimat-kalimatnya sudah efektif?i. Apakah penggunaan konjungsi dan kata-kata lainnya sudah tepat dan mudah dipahami?j. Apakah ejaan dan tanda bacanya sudah benar? Eksposisi 37Soal-soal LatihanPilihlah jawaban yang paling benar!Cuplikan di bawah ini digunakan untuk menjawab soal nomor 1-3 Prasangka baik saya, bukannya mereka tidak memahami akan perlunya ketertiban berbahasa di lingkungan sekolah. Saya berkeyakinan bahwa doktrin tentang “berbahasa Indonesialah yang baik dan benar” telah mereka peroleh jauh-jauh sebelumnya, sejak SLTP atau bahkan sejak mereka SD. Saya melihat ketidakberesan mereka berbahasa, antara lain, disebabkan oleh kekurangwibawaan bahasa Indonesia itu sendiri di mata Teks tersebut digolongkan ke dalam jenis eksposisi karena .... A. menceritakan proses terjadinya cara berbahasa siswa B. menjelaskan ihwal terjadinya kekurangwibawaan berbahasa C. menggambarkan keadaan kemampuan berbahasa siswa D. meyakinkan pembaca tentang perlunya berbahasa baik dan benar E. mendorong pembaca untuk selalu mencintai bahasa Indonesia2. Pernyataan yang sesuai dengan teks tersebut adalah .... A. semua pernyataan di dalam teks tersebut berdasarkan pendapat pribadi B. gagasan dalam teks tersebut sangat jelas dan meyakinkan C. perlu ditunjang oleh tabel untuk menjelaskan informasi itu D. banyak menggunakan istilah pendidikan di dalam cuplikan itu E. teks itu tergolong ke dalam jenis berita3. Contoh konjungsi yang ada dalam cuplikan di atas adalah ....A. bahwa D. bukan B. oleh E. disebabkanC. tentangCuplikan di bawah ini digunakan untuk menjawab soal nomor 4-6 1 Makin maraknya tawuran di dunia pendidikan ini tentu menambah berat beban kerja polisi yang sudah menggunung. 2 Bagi aparat terdepan penegak hukum ini, fenomena tawuran pelajar yang makin deras juga membuat korps polisi ekstra hati-hati jangan sampai dijadikan kambing hitam dan dinilai tidak mampu menangani. 3 Sementara itu, banyak sekali kasus lain yang juga harus mendapat prioritas. 4 Hal itu ditegaskan Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Untung S Radjab, Rabu Kata teknis dalam cuplikan tersebut adalah …. A. tawuran B. fenomena C. beban kerja D. kambing hitam E. mendapat prioritas38 JENIS-JENIS TEKS5. Tesis dalam cuplikan teks di atas dinyatakan dalam kalimat bernomor …. A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E. 1, 46. Fakta dinyatakan dalam kalimat bernomor …. A. 4 B. 2 C. 3 D. 1 E. 5 Cuplikan di bawah ini digunakan untuk menjawab soal nomor 7-9 Jika Anda hobi membaca tentu membaca sebuah novel yang disukai adalah hal yang menyenangkan. Apalagi dengan menyelami isi cerita sehingga membuat otak menjadi hidup dengan terbawa emosi dan bahkan mengaktifkan indra. Dilansir dari laman Fitnea, para peneliti menemukan bahwa penggambaran visual terjadi secara otomatis. Orang-orang mampu mengidentifikasi pengg­ am­baran objek lebih cepat jika mereka hanya membaca kalimat yang menggambarkan objek secara visual. Dengan begitu, ketika membaca kalimat, Anda secara otomatis memunculkan gambar objek dalam pikiran Teks di atas dapat digolongkan ke dalam teks eksposisi karena …. A. mengandung imajinasi yang meyakinkan B. mengungkap masalah yang faktual C. menyajikan pendapat-pendapat penulis D. menggunakan fakta yang jelas E. mengungkapkan fakta tentang suatu peristiwa8. Sumber informasi yang digunakan dalam teks di atas berupa …. A. hasil observasi B. penelitian para ahli C. kesimpulan dari wawancara D. penyebaran angket E. pendapat pribadi9. Cuplikan di atas disusun dengan pola …. A. kausalitas B. generalisasi C. komparasi D. kronologis E. spasial Eksposisi 39Cuplikan di bawah ini digunakan untuk menjawab soal nomor 10-12 Olahraga dirgantara termasuk olahraga mahal. Inilah barangkali salah satu kendala dalam mengembangkan olahraga dirgantara di negara kita. Untuk melakukan olahraga terjun payung diperlukan payung atau parasut. Harga sebuah parasut bisa mencapai lima juta rupiah. Untuk terjun dari udara diperlukan pesawat terbang yang menerbangkan para penerjun ke ketinggian. Penerbangan pesawat udara ini memerlukan biaya yang mahal. Walaupun tidak semahal olahraga terjun payung, olahraga layang gantung juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sebuah layang gantung berharga ratusan ribu rupiah. Bahkan, ada yang berharga di atas satu juta Teks di atas mengandung argumen tentang .... A. mahalnya olahraga dirgantara B. usaha pengembangan olahraga dirgantara C. tujuan olahraga dirgantara D. biaya untuk menjadi seorang penerjun E. perangkat yang digunakan untuk terjun payung11. Konjungsi yang berfungsi memperjelas dalam cuplikan tersebut adalah …. A. walaupun B. bahkan C. atau D. juga E. untuk12. Tesis dinyatakan dalam kalimat ..... A. pertama B. kedua C. keempat D. kelima E. ketujuh Cuplikan di bawah ini digunakan untuk menjawab soal nomor 13-14 Memang sangatlah layak apabila peristiwa yang sungguh-sungguh luar biasa itu selalu diperingati oleh kita pada era kekinian. Peringatan yang sejati tentu saja tidak sekadar baris di lapangan terbuka, menengadah dan menghormati bendera, kemudian mengeja kembali teks Sumpah Pemuda dengan suara lantang. Kegiatan upacara dan beragam kegiatan seremonial lainnya belum bisa menandingi peristiwa yang sesungguhnya terjadi pada masa Kesimpulan cuplikan di atas adalah .... A. peristiwa Sumpah Pemuda merupakan peristiwa yang sangat luar biasa B. upacara tidak cukup dengan hanya menghormati bendera C. tidak perlu lagi ada kegiatan seremonial di era sekarang D. perlu ada perubahan dalam tata acara upacara bendera E. teks Sumpah Pemuda tidak perlu dibacakan, tapi dilaksanakan 40 JENIS-JENIS TEKS14. Fakta dalam cuplikan tersebut dinyatakan dalam kalimat ….A. pertama D. kesatu dan keduaB. kedua E. kedua dan ketigaC. ketigaCuplikan di bawah ini digunakan untuk menjawab soal nomor 15-16 Bahasa, seni, dan hasil-hasil budaya dari bangsanya sendiri dianggap kolot, ketinggalan zaman. Bahkan, anugerah langsung dari Tuhan pun sering kali dicampakkan karena dianggap tidak ideal. Kulit sawo matang sebagai ciri khas lain dari bangsa ini harus memutih atau kuning langsat. Hidung harus mancung, warna mata biru, rambut harus pirang atau Konjungsi bahkan dalam cuplikan di atas bermakna ….A. menambahkan D. melanjutkanB. mempertentangkan E. menegasikanC. membandingkan16. Argumentasi dinyatakan dalam kalimat …. A. kesatu dan kedua B. kesatu dan ketiga C. kedua dan ketiga D. kesatu E. ketigaCuplikan di bawah ini digunakan untuk menjawab soal nomor 17-18 Seorang remaja berinisial AAL, gara-gara mencuri sandal, ia harus dimeja­hijaukan, kemudian divonis bersalah. Masyarakat memandang bahwa aparat penegak hukum sudah keterlaluan, berlaku sistem tebang pilih. Kasus hukum yang ecek-ecek diperkarakan, sementara masih banyak kejahatan serius yang dipandang sebelah mata. Koruptor yang menggasak uang negara miliaran, bahkan triliunan rupiah, dibiarkan melenggang bebas, tidak diotak-atik, tanpa tersentuh Cuplikan tersebut bertopik tentang …. A. ketidakadilan hukum B. kriminalitas di masyarakat C. aparat penegak hukum yang korup D. kondisi peradilan di Indonesia E. separuh remaja yang berbuat kriminal18. Argumentasi dalam cuplikan di atas dinyatakan dalam kalimat …. A. pertama dan kedua B. kedua dan ketiga C. ketiga dan keempat D. kedua dan keempat E. pertama dan ketiga Eksposisi 41Cuplikan di bawah ini digunakan untuk menjawab soal nomor 19-20 1 Banyak pejabat daerah, bahkan anggota dewan, tampak berlomba-lomba ingin menunjukkan perhatian terhadap prestasi mereka. 2 Itulah hal yang diberitakan banyak media akhir-akhir ini. 3 Namun, sayangnya sangat kurang pemberitaan yang menyoroti pola pendidikan yang diterapkan di SMK tersebut selama ini. 4 Seberapa besar pula biaya yang dipungut sekolah pada para siswanya? 5 Masyarakat tentunya sangat penasaran dengan semuanya itu. 6 Penularan pola pendidikan yang berlaku di sana sangat penting agar terjadi penyebaran prestasi dan kreativitas. 7 Kalau toh kurikulumnya sama, fasilitas dan kompetensi gurunya juga tidak jauh berbeda, seharusnya prestasi seperti itu muncul juga dari sekolah-sekolah menengah atas SLTA Pernyataan yang bersifat persuasif dalam cuplikan tersebut dinyatakan dalam kalimatbernomor ….A. 1, 2 D. 4, 5 B. 2, 3 E. 6, 7C. 3, 4 20. Konjungsi pertentangan dinyatakan dalam kalimat bernomor ….A. 1 D. 5 B. 2 E. 7 C. 3 42 JENIS-JENIS TEKSIII Laporan Hasil Observasi A Pengertian Perhatikanlah teks berikut. Alunan nada yang membentuk harmonisasi lagu menggema di halaman kampus Universitas Padjadjaran Jln. Dipati Ukur Bandung, Senin 27/8 siang. Lebih dari sepuluh ribu pasang tangan memainkan alat musik tradisional angklung dan memanjakan ribuan pasang telinga yang mendengarnya. Ribuan mahasiswa baru dan ”civitas academica” Unpad memainkan alat musik tradisional angklung. Mereka begitu kompak. Permainan mereka begitu memukau para penonton. Acara yang merupakan rangkaian acara Dies Natalis ke-50 Unpad itu membuat Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik ikut terpukau. Teks di atas merupakan contoh laporan hasil observasi karena teks tersebut mengemukakanfakta-fakta yang diperoleh melalui pengamatan. Dengan teks tersebut, pembaca memperolehsejumlah pengetahuan ataupun wawasan, bukan hasil imajinasi. Perhatikanlah teks di bawah ini! Sekitar dua ratus pelajar SMA, SMK, dan sederajat, berkumpul di depan kantor PDAM Bandung, Jalan Badaksinga, Minggu 12/8. Setelah melakukan beberapa persiapan, kelompok pelajar ini melakukan pawai melewati Taman Cikapayang, menyusuri Jalan Ir. H. Juanda, menuju Bandung Indah Plaza BIP. Rombongan ini terbagi menjadi beberapa kelompok. Paling depan, deretan siswi-siswi imut. Mereka asyik memainkan mayoret, melakukan koreografi menggunakan benderanya masing-masing. Kelompok mayoret ini diikuti dengan marching band, disusul dengan sejumlah pelajar yang menempeli tubuh mereka dengan papan yang bertuliskan hak-hak yang patut dituntut remaja. Rombongan diakhiri dengan sekelompok pelajar yang berbaris di dalam “selimut” berbentuk spanduk yang diisi petisi berupa tanda tangan pelajar dari sejumlah sekolah di Bandung. Informasi yang Anda dapatkan setelah membaca teks di atas, yakni pelaksanaan karnavalyang dilakukan oleh ratusan pelajar. Karena sifatnya yang informatif, paragraf-paragraf di atasdiklasifikasikan ke dalam jenis laporan. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik laporan, yakniteks yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan atau informasi yang sejelas-jelasnya kepadapembaca. Laporan Hasil Observasi 43Karakterstik lainnya dari suatu laporan adalah dipenuhinya teks itu dengan fakta. Perhatikanparagraf pertama pada teks di atas. Setiap kalimat dalam paragraf tersebut berupa Sekitar dua ratus pelajar SMA, SMK, dan sederajat, berkumpul di depan kantor PDAM Bandung, Jalan Badaksinga, Minggu 12/8. fakta2. Setelah melakukan beberapa persiapan, kelompok pelajar ini melakukan pawai melewati Taman Cikapayang, menyusuri Jalan Ir. H. Juanda, menuju Bandung Indah Plaza BIP. fakta Berdasarkan contoh-contoh di atas, laporan hasil observasi memiliki ciri-ciri Menyajikan fakta-fakta tentang keadaan peristiwa, tempat, benda, atau orang. Misalnya, contoh 1 menggambarkan keadaan peristiwa dan contoh 2 keadaan Menambah pengetahuan dan wawasan kepada pembacanya. Fakta-fakta dari hasil observasi akan lebih jelas dan menarik apabila disertai dengan gambaryang berupa tabel, grafik, atau bagan. Ketiga jenis gambar grafis itu juga mudah kita jumpaidalam bacaan-bacaan, bukan? Tabel, grafik, dan bagan di dalam suatu laporan juga berfungsiuntuk membantu memperjelas fakta di samping menjadikan suatu laporan itu lebih menarik. Seperti halnya tabel, kehadiran grafik dalam suatu laporan berfungsi untuk memvisualisasikanfakta-fakta sehingga lebih jelas dan mudah dipahami. Dengan pemanfaatan grafik, pembaca akanlebih mudah memahami laporan yang dimaksud oleh penulisnya. B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Laporan Observasi1. Fungsi Teks Laporan Observasi Teks laporan observasi tergolong ke dalam jenis teks tersebut bertujuan memaparkan informasi atau fakta-fakta mengenai suatu objek tertentu. Objek yang dimaksud bisa keadaan alam, perilaku sosial, kondisi budaya, benda, dan sejenisnya. Cara pengumpulan faktanya dapat dilakukan dengan pengamatan biasa, wawancara, ataupun penelitian lapangan dan laboratorium secara intensif. Dengan cara tersebut, suatu objek dapat digambarkan dengan kata-kata secara jelas. Dengan demikian, pembaca dapat memperoleh gambaran umum tentang suatu objek, baik itu berupa suasana alam, pelaksanaan suatu kegiatan, keberadaan organisasi, ataupun yang teksnya dapat berupa artikel, makalah, ataupun laporan penelitian. Contoh laporan observasi dapat disajikan dalam bentuk populer. Pilihan kata dalam bentuk populer cenderung subjektif dan banyak kata konotatif di dalamnya. Selain itu, sebuah laporan observasi dapat disajikan pula secara formal atau bergaya karya tulis ilmiah. Kata- kata yang digunakan dalam bentuk formal bersifat lugas denotatif. Baik yang berbentuk formal ataupun populer, secara umum teks laporan observasi bertujuan untuk menyampaikan fakta dengan sejelas-jelasnya. Adapun dalam posisinya sebagai suatu laporan, baik yang menjelaskan kegiatan, perjalanan, penelitian lapangan, penelitian laboratorium, dan sejenisnya, teks tersebut berfungsi sebagai sebuah bentuk pertanggungjawaban atas suatu kegiatan yang dilaksanakan 44 JENIS-JENIS TEKS
HjRIrQ.
  • 7xt715g53c.pages.dev/416
  • 7xt715g53c.pages.dev/572
  • 7xt715g53c.pages.dev/541
  • 7xt715g53c.pages.dev/593
  • 7xt715g53c.pages.dev/571
  • 7xt715g53c.pages.dev/193
  • 7xt715g53c.pages.dev/226
  • 7xt715g53c.pages.dev/190
  • berdasarkan isinya cuplikan teks tersebut termasuk jenis buku